REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meski menjadi bank umum syariah (BUS) pertama yang merambah segmen nasabah ultra mikro, bukan berarti BTPN Syariah tidak punya pesaing. Namun, hal itu tak membuat BTPN Syariah ciut.
Kata Direktur Keuangan BTPN Syariah Fachmi Ahmad, yang dibutuhkan perusahaan jasa keuangan yang menggarap segmen ultra mikro antara lain daya tahan dan modal yang kokoh. Sebab meski ia mengakui margin di segmen ini besar, ongkos operasionalnya pun tak sedikit.
"Pesaing ada, bahkan ada fintech. Tapi berapa banyak yang bertahan? Di segmen (ultra mikro) ini yang penting istiqamah," kata Fahmi di Jakarta, baru-baru ini.
Sebagai Bank yang juga menghimpun dana, saat ini, terdapat sekitar 32.719 nasabah sejahtera yang menyimpan dana di BTPN Syariah. Hampir seluruh dana yang ditempatkan disalurkan kepada keluarga prasejahtera produktif yang mencapai 4,3 juta nasabah aktif.
Fachmi menyampaikan, model bisnis pembiayaan ultra mikro melalui Grameen Bank sudah bertahan 30an tahun di Indonesia. Itu pun sudah banyak kejadian yang mereka lalui.
Dengan pengalaman 12 tahun di Indonesia, BTPN Syariah optimistis pembiayaan ultra mikro masih jadi segmen bisnis yang hijau. Apalagi, perusahaan jasa keuangan yang menjaring segmen ini masih amat sedikit.
"Kalau ditanya apa mau berkembang? Mau. Tapi kami enggak akan terlalu melebar dari segmen ini. Bagaimanapun, tiap perusahaan punya keahlian berbeda," ujar Fachmi.