Rabu 09 Jul 2025 17:00 WIB

Indonesia Rajai Industri Busana Muslim Dunia

Pemerintah memperkuat ekosistem fesyen Muslim.

Pengunjung melihat produk UMKM saat acara pameran BSI International Expo 2025 di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Kamis (26/6/2025).
Foto: Republika/Thoudy Badai
Pengunjung melihat produk UMKM saat acara pameran BSI International Expo 2025 di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Kamis (26/6/2025).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Indonesia meraih posisi pertama dunia dalam industri busana Muslim atau modest fashion. Capaian ini tercatat dalam laporan State of the Global Islamic Economy Indicator (SGIE) 2024 yang dirilis DinarStandard pada Rabu (9/7/2025).

Kepala Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) Ahmad Haikal Hasan menyebut keberhasilan ini sebagai titik tolak untuk memperkuat peran Indonesia dalam membentuk masa depan ekonomi halal global yang inklusif, inovatif, dan berkeadaban.

Baca Juga

Ia menegaskan bahwa keberhasilan ini tidak terlepas dari keseriusan pemerintah dalam membangun ekosistem industri halal nasional.

Di sektor busana Muslim, program Indonesia Global Halal Fashion (IGHF) menjadi penggerak utama. Program ini melibatkan kolaborasi antara pemerintah, pelaku industri tekstil, desainer, hingga produsen kain halal dalam negeri.

Sekretaris Utama BPJPH Muhammad Aqil Irham mengatakan bahwa posisi pertama Indonesia merupakan hasil dari pelaksanaan IGHF di lima negara, dimulai dari ajang fashion week di Indonesia pada Maret 2024, lalu berlanjut ke Malaysia, London, Milan, dan Paris hingga September 2024.

Menurut Aqil, penguatan ekosistem fesyen Muslim juga dilakukan untuk menyambut kewajiban sertifikasi halal bagi barang gunaan, termasuk produk fesyen, yang akan diberlakukan pada Oktober 2026.

Upaya tersebut dimulai dari sektor hulu, mencakup bahan baku bersertifikat halal, proses produksi, branding, hingga promosi produk ke pasar global.

Secara keseluruhan, Indonesia tetap berada di posisi ketiga dalam laporan SGIE 2024. Di beberapa sektor, Indonesia mencatat lonjakan signifikan, seperti wisata ramah Muslim yang kini berada di peringkat dua setelah sebelumnya tidak masuk dalam sepuluh besar dunia pada 2023.

Di sektor farmasi dan kosmetik, Indonesia juga naik dari posisi lima menjadi posisi dua, bersaing ketat dengan Malaysia.

Untuk sektor keuangan Islam, Indonesia berada di peringkat keenam. Namun, terjadi penurunan di sektor makanan halal yang turun dari posisi dua menjadi empat. Begitu pula di sektor media dan rekreasi, Indonesia turun dari posisi enam menjadi tujuh.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement