REPUBLIKA.CO.ID, JAKATTA -- Indonesia semakin memperkokoh posisinya sebagai rujukan global dalam pengembangan ekonomi syariah melalui kerja sama dengan negara-negara Afrika Barat. Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) baru saja menyelenggarakan sesi berbagi pengetahuan (knowledge sharing) dengan delegasi dari Nigeria, Ghana, Benin, dan Sierra Leone.
Pertemuan ini bertujuan untuk memperkenalkan pendekatan strategis Indonesia dalam pengembangan ekosistem ekonomi dan keuangan syariah yang inklusif dan berkelanjutan. Direktur Infrastruktur Ekosistem Syariah KNEKS, Sutan Emir Hidayat, menjelaskan, KNEKS memiliki mandat untuk mendorong pengembangan ekonomi syariah melalui lima pilar utama: industri produk halal, keuangan syariah, dana sosial syariah (zakat dan wakaf), pengembangan usaha syariah, serta infrastruktur pendukung ekosistem ekonomi syariah.
“Melalui lima pilar utama ini, KNEKS berupaya memperkuat ekosistem ekonomi syariah yang terintegrasi dan berkelanjutan di Indonesia,” kata Sutan Emir Hidayat dalam keterangannya kepada Republika dikutip Ahad (4/5/2025).
Indonesia, yang saat ini merupakan pemain utama dalam sektor ekonomi syariah, memiliki sejumlah capaian signifikan yang turut disampaikan dalam pertemuan ini. Di antaranya, kontribusi sektor ekonomi dan keuangan syariah terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia yang mencapai 47,02 persen pada tahun 2024. Selain itu, nilai ekspor produk halal Indonesia melebihi 50 miliar dolar AS dan total aset keuangan syariah nasional per akhir 2024 tercatat lebih dari Rp 2.500 triliun.
Tak hanya itu, Indonesia juga menduduki peringkat ketiga dunia dalam Global Islamic Economy Indicator (GIEI) 2023 dan menjadi pemimpin global dalam sektor pariwisata muslim melalui Global Muslim Travel Index 2023. Dalam hal investasi, Indonesia juga menempati peringkat ketiga sebagai pemegang saham terbesar di Islamic Development Bank (IsDB).
Delegasi dari Nigeria, yang tergabung dalam Association of Zakat and Waqf Operators in Nigeria (AZAWON), memberikan apresiasi terhadap keberhasilan Indonesia dalam membangun tata kelola zakat dan wakaf secara sistemik. AZAWON mengungkapkan, mereka telah menjalin kerja sama pelatihan dengan institusi di Indonesia, termasuk IPB University.
“Indonesia telah menjadi contoh dalam membangun sistem zakat dan wakaf yang transparan dan efisien,” ungkap delegasi Nigeria.
Delegasi Ghana, diwakili oleh Haji BM Adam, juga mengakui peran penting Indonesia dalam mengembangkan ekosistem ekonomi syariah yang inklusif. Haji Adam menyebut sistem yang ada di Indonesia sebagai “cahaya penerang” bagi negara-negara Afrika yang sedang membangun sektor ekonomi syariah mereka.
Delegasi Benin mengungkapkan bahwa meskipun negara mereka belum memiliki sistem formal yang terstruktur, mereka melihat Indonesia sebagai model yang patut dicontoh dalam membangun ekonomi syariah yang terintegrasi dan berkelanjutan. Sementara itu, delegasi dari Sierra Leone menyoroti langkah-langkah perbaikan yang sedang mereka lakukan dalam pengelolaan zakat dan wakaf, dan menilai Indonesia sebagai contoh yang baik dalam meningkatkan literasi publik dan memperkuat sinergi antar lembaga.
Seluruh delegasi sepakat untuk melanjutkan kerja sama dengan Indonesia, dengan fokus pada penguatan koordinasi kelembagaan, peningkatan kapasitas sumber daya manusia, serta adaptasi praktik-praktik terbaik Indonesia sesuai dengan konteks lokal masing-masing negara.