REPUBLIKA.CO.ID,ABU DHABI - Dubai Islamic Bank, bank syariah terbesar di Uni Emirat Arab baru saja meluncurkan sukuk Additional Tier 1 (AT1) senilai 500 juta dolar AS atau sekitar Rp7,6 triliun. Sukuk ini menawarkan tingkat profit sebesar 5,25 persen yang mengalami penurunan dari perkiraan awal yang mencapai 5,75 persen.
Transaksi ini adalah langkah penting bagi bank dan menunjukkan kepercayaan investor di tengah pasar yang tidak stabil. Sukuk ini akan terdaftar di Euronext Dublin dan Nasdaq Dubai, menarik minat berbagai investor, termasuk bank swasta dan manajer dana dari Eropa, Asia, dan Timur Tengah.
“Transaksi ini mencerminkan komitmen kami untuk menawarkan produk yang menarik bagi para investor dan memperkuat posisi Dubai Islamic Bank di pasar global,” ujar seorang perwakilan bank dikutip dari Zawya, Sabtu (12/10/2024).
Ia juga menambahkan, imbal hasil yang rendah ini menunjukkan kepercayaan investor terhadap kekuatan dan stabilitas Dubai Islamic Bank. Adapun dengan penerbitan sukuk ini, Dubai Islamic Bank mencatatkan imbal hasil terendah yang dicapai oleh bank dari pasar berkembang sejak April 2022. Hal ini menandakan pemulihan kepercayaan pasar terhadap sektor perbankan syariah dan stabilitas ekonomi di kawasan tersebut.
Berdasarkan laporan dari Reuters, Al Rajhi Capital, Dubai Islamic Bank, Emirates NBD Capital, FAB, HSBC, Sharjah Islamic Bank, dan Standard Chartered Bank berkolaborasi sebagai joint lead managers dan joint bookrunners dalam penawaran sukuk ini. Melalui langkah ini, Dubai Islamic Bank tak hanya memperkuat basis modalnya, tetapi juga memberikan akses yang lebih baik bagi investor untuk berpartisipasi dalam pertumbuhan bank di masa depan.