Jumat 29 Dec 2023 08:00 WIB

Kemenperin Operasikan Aplikasi Pendataan Industri Halal Mulai Januari 2024

Menurut Agus, sektor ini memiliki potensi yang sangat besar.

Tangkapan layar Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita saat memberikan sambutannya di acara Kick Off Indonesia Halal Industry Awards (IHYA) 2023, di Kantor Kemenperin, Jakarta yang diikuti secara daring, Kamis (27/7/2023). Dian Fath Risalah
Foto: Republika/Dian Fath Risalah
Tangkapan layar Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita saat memberikan sambutannya di acara Kick Off Indonesia Halal Industry Awards (IHYA) 2023, di Kantor Kemenperin, Jakarta yang diikuti secara daring, Kamis (27/7/2023). Dian Fath Risalah

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Kementerian Perindustrian (Kemenperin) berencana mulai mengoperasikan sistem informasi pendataan industri halal atau yang disingkat dengan Saliha pada Januari 2024.

"Kami terus mengembangkan dan memperkuat layanan dukungan untuk sertifikasi halal gratis bagi pelaku industri melalui sistem informasi pendataan industri halal atau yang disingkat Saliha, yang rencananya akan kita launch early next year pada 2024, Januari," ujar Menteri Perindustrian Agus Gumiwang saat berbincang di Bali, Kamis (28/12) malam.

Baca Juga

Agus menjelaskan, aplikasi Saliha ini merupakan syarat utama untuk pengajuan sertifikasi halal gratis di Lembaga Pemeriksa Halal Kementerian Perindustrian. Saliha merupakan Sistem Informasi Pendataan Industri Halal yang dibangun oleh Kemenperin, guna memudahkan pendataan dan seleksi bantuan Sertifikasi Industri Halal pada 2023.

Kemenperin memberikan perhatian khusus pada industri halal. Menurut Agus, sektor ini memiliki potensi yang sangat besar baik di Indonesia maupun dunia.

Dalam laporan State of the Global Islamic Economy (SGIE) Report terbaru pada Selasa (26/12/2023), peringkat Indonesia dalam Global Islamic Economy Indicator Ranking 2022 berada pada posisi ketiga atau naik satu peringkat dari tahun sebelumnya yang berada di posisi empat.

Indikator tersebut, dinilai Agus sebagai sebuah dorongan untuk terus mengembangkan produk-produk halal seperti makanan dan minuman halal, kosmetik, farmasi dan fesyen.

Agus menyebut impor negara-negara yang tergabung dalam OKI (Organisasi Kerjasama Islam) di sektor makanan dan minuman halal mencapai 265,1 dolar AS pada 2022. Diperkirakan nilai ini akan terus bertambah dalam dua tahun ke depan menjadi 368,3 miliar dolar AS.

"Oleh sebab itu, kita terus-menerus mendorong pertumbuhan dari produk-produk halal yang ada di Indonesia untuk bisa melayani pasar global dan juga pasar domestik," kata Agus.

Agus berharap produk-produk tekstil seperti mukena dan kerudung dapat dihasilkan oleh Indonesia, yang mayoritas penduduknya beragama Islam. "Sayang sekali kalau kita tidak isi sendiri produk-produk yang dibutuhkan oleh konsumen kita, di pasar halal yang ada di Indonesia," ucapnya.

 

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement