REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae dalam Opening Ceremony BSI (Bank Syariah Indonesia) International Expo 2025, dikutip di Jakarta, Jumat (27/6/2025) menyatakan mendorong pendalaman pasar keuangan syariah di Indonesia untuk meningkatkan inklusi keuangan.
Berdasarkan Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SLIK) 2025 yang dilakukan OJK dan Badan Pusat Statistik (BPS), tercatat tingkat inklusi pada keuangan secara keseluruhan dan konvensional lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat literasi.
Sebaliknya, tingkat literasi keuangan syariah lebih tinggi dibandingkan tingkat inklusi yang masing-masing 43,42 persen dan 13,41 persen.
“Saya mengistilahkan sebagai good problem, dimana gap yang terjadi menunjukkan telah tersedianya demand terhadap keuangan syariah, namun perlu didukung dengan tersedianya akses keuangan yang memadai, maka diperlukan upaya pendalaman pasar keuangan syariah dan lebih bagi perbankan syariah,” kata dia.
Pendalaman ini tidak hanya mencakup perluasan akses dan inklusi keuangan, tetapi juga perlu diiringi dengan percepatan digitalisasi layanan serta inovasi produk yang adaptif terhadap kebutuhan.
Dengan demikian, lanjutnya, perbankan syariah dapat memperkuat daya saing, meningkatkan efisiensi operasional, serta memberikan kontribusi lebih signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional yang berkelanjutan dan berkeadilan
Lebih lanjut, perbankan syariah disebut terus berupaya memperkuat penetrasi inklusi keuangan syariah melalui digitalisasi layanan perbankan, antara lain melalui pengembangan aplikasi mobile banking.
Untuk memastikan transformasi digital yang berkelanjutan dan konsisten, bank syariah dinilai harus selalu meningkatkan kapasitas teknologi informasi, kenyamanan pengguna dalam layanan, serta memperkuat sistem keamanan siber secara menyeluruh.
Perbankan syariah perlu pula terus berinovasi untuk meluncurkan produk unik syariah yang inovatif dalam rangka memenuhi kebutuhan nasabah yang semakin beragam.