Rabu 05 Jun 2024 19:38 WIB

Muhammadiyah Tarik Dana, Bagaimana Nasib Saham BSI?

Saham BRIS mencatatkan kenaikan year-to-date (YTD) sebesar 31,03 persen.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Ahmad Fikri Noor
Logo Bank Syariah Indonesia.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Logo Bank Syariah Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Bank Syariah Indonesia (BSI) menunjukkan performa yang impresif di pasar saham sehingga menjadikan emiten bersandi BRIS tersebut salah satu saham penggerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepanjang tahun berjalan 2024 berkat kinerja fundamental yang kuat dan likuiditas yang terjaga. Hingga pembukaan perdagangan bursa pada Rabu (5/6/2024), saham BRIS mencatatkan kenaikan year-to-date (YTD) sebesar 31,03 persen.

Group Head Investor Relations BSI, Rizky Budinanda, mengungkapkan bahwa peningkatan harga saham ini mencerminkan kepercayaan investor terhadap kinerja BSI yang terus tumbuh positif sejak berdiri pada awal 2021.

Baca Juga

“Pergerakan saham BRIS mencerminkan prospek positif dari kinerja keuangan BSI. Strategi yang tepat, model bisnis yang fleksibel dan terdigitalisasi menjadi pendorong utama kinerja fundamental BSI,” kata Rizky, Rabu (5/6/2024).

Rizky mencontohkan sepanjang tahun 2023, BSI berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp5,7 triliun, tumbuh 33,82 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). Kinerja positif ini didukung oleh pertumbuhan pembiayaan, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK), dan dana murah yang tumbuh dua digit.

 

Momentum positif ini berlanjut hingga kuartal I 2024 dengan laba bersih mencapai Rp 1,71 triliun, tumbuh 17,07 persen yoy. Aset BRIS mencapai Rp 358 triliun, tumbuh 14,25 persen menempatkannya sebagai bank dengan pertumbuhan aset tertinggi ketiga di industri perbankan nasional.

Manajemen BSI juga optimis dengan likuiditas yang memadai dan pertumbuhan DPK yang positif per April 2024, sehingga BSI terus memperkuat posisinya sebagai pemain utama di pasar perbankan syariah di Indonesia. Hingga April 2024, DPK BSI berhasil tumbuh 9,41 persen secara tahunan menjadi Rp 293,24 triliun dengan Financing to Deposit Ratio (FDR) yang relatif rendah di level 83,05 persen. Tentunya kondisi ini dapat mendukung pertumbuhan aset BSI ke depannya. Sementara rasio non-performing financing (NPF) bruto berada di level 2,01 persen mencerminkan kualitas pembiayaan yang sangat terjaga dengan cost of credit di bawah 1 persen, yaitu 0,88 persen.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement