Sabtu 20 Jan 2024 12:14 WIB

BSI Senang Industri Kedatangan Bank Syariah Baru

OJK mendorong pendirian bank syariah besar sebagai pesaing BSI.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Lida Puspaningtyas
Menteri BUMN Erick Thohir (kiri), bersama Direktur Utama BSI Hery Gunardi (tengah) saat tasyakuran perolehan izin usaha kantor cabang penuh BSI di di Dubai International Financial Center (DIFC), Dubai, Uni Arab Emirates pada Rabu (29/11/2023). PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) terus mengukuhkan kolaborasi strategisnya dengan Uni Emirat Arab (UEA) melalui optimalisasi kantor cabang penuh di Dubai, sebagai pusat layanan keuangan syariah dan perantara perdagangan antara Indonesia dan Timur Tengah. Dengan perolehan izin usaha kantor cabang penuh, BSI akan memiliki fleksibilitas yang lebih besar dalam menjalankan bisnis internasional.
Foto: Dok Republika
Menteri BUMN Erick Thohir (kiri), bersama Direktur Utama BSI Hery Gunardi (tengah) saat tasyakuran perolehan izin usaha kantor cabang penuh BSI di di Dubai International Financial Center (DIFC), Dubai, Uni Arab Emirates pada Rabu (29/11/2023). PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) terus mengukuhkan kolaborasi strategisnya dengan Uni Emirat Arab (UEA) melalui optimalisasi kantor cabang penuh di Dubai, sebagai pusat layanan keuangan syariah dan perantara perdagangan antara Indonesia dan Timur Tengah. Dengan perolehan izin usaha kantor cabang penuh, BSI akan memiliki fleksibilitas yang lebih besar dalam menjalankan bisnis internasional.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Utama Bank Syariah Indonesia (BSI) Hery Gunadi pun menyambut baik adanya pemain baru di industri perbankan syariah. Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut diharapkan pada tahun ini ada satu hingga dua konsolidasi BUS dan UUS untuk menjadi bank syariah baru dengan minimal total aset Rp 200 triliun.

"Kami senang kalau ada (Bank Syariah) yang besar. Kita ketahui bahwa BSI sekarang menguasai pangsa pasar lebih dari 45 persen. Kalau ada lagi yang lain yang besar artinya deepening untuk finansial syariah itu pendalaman keuangan syariah itu akan lebih bagus karena pairingnya ada untuk sindikasi untuk pasar uang kemudian trading surat berharga sukuk dan lain sebagainya," ujar Hery saat ditemui di Jakarta, Selasa (16/1/2024).

Baca Juga

"Dengan hadirnya BUS baru di Indonesia, BSI jadi memiliki 'teman' atau 'lawan' di industri perbankan syariah," tambahnya.

Sebelumnya, OJK menilai pasar bank syariah saat ini tidak sehat karena masih berada pada skala usaha yang relatif kecil sehingga kurang kompetitif di industri perbankan nasional. Oleh karena itu OJK saat ini sedang mendorong bank syariah untuk berkonsolidasi.

Bahkan, dalam Roadmap Pengembangan dan Penguatan Perbankan Syariah Indonesia 2023-2027 tertulis pengembangan perbankan syariah dapat didorong melalui alternatif, diantaranya konsolidasi usaha.

Tujuan konsolidasi dilakukan agar entitas perbankan syariah lebih efisien dari sisi jumlah dan memiliki kapasitas yang lebih memadai, baik dari sisi modal, teknologi dan ekspansi pembiayaan. Konsolidasi bank syariah akan diarahkan untuk bisa mengisi bank-bank syariah yang memiliki aset di atas Rp 50 triliun, sehingga dapat lebih mapan dalam berkompetisi di industri perbankan nasional.

Pada awal Januari ini, PT Bank Nano Syariah (Nanobank Syariah) menjadi  BUS pertama di Indonesia yang didirikan setelah diterbitkannya Peraturan OJK (POJK) Nomor 12 Tahun 2023. Nanobank Syariah merupakan hasil pemisahan (spin off) UUS PT Bank Sinarmas Tbk. dan resmi beroperasi sejak 02 Januari 2024.

Pemegang saham Nanobank Syariah terdiri dari tiga perusahaan yaitu PT Bank Sinarmas Tbk. dengan kepemilikan 51 persen, PT Sinar Mas Multiartha Tbk. 25 persen dan PT Asuransi Sinar Mas 24 persen. mengatakan, Keberadaan Nanobank Syariah tidak hanya sebagai lembaga keuangan, tetapi juga merupakan bagian integral dari Sinar Mas Financial Services, yakni pilar jasa keuangan di bawah naungan Sinar Mas.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement