Jumat 17 Feb 2023 01:23 WIB

Marketshare Masih Kecil, Literasi Asuransi Syariah Perlu Terus Ditingkatkan

Capital Life Syariah berupaya meningkatkan literasi dan inklusi asuransi syariah.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Ahmad Fikri Noor
Logo PT Capital Life Syariah.
Foto: foto istimewa
Logo PT Capital Life Syariah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Capital Life Syariah berupaya meningkatkan literasi dan inklusi asuransi syariah di Tanah Air. Hal itu karena potensinya besar, namun, pangsa pasarnya masih rendah.

Direktur Utama PT Capital Life Syariah Fitri Hartati menyebutkan, pangsa pasar atau marketshare asuransi syariah dari sisi aset baru 5,51 persen per Desember 2022. Total asuransi syariah pun baru 58 perusahaan. Dari jumlah tersebut, hanya 15 perusahaan yang full pledge sedangkan sisanya masih berupa unit syariah.

Baca Juga

Meski begitu, kata dia, pertumbuhan asuransi syariah di Indonesia masih positif, khususnya asuransi jiwa. Kontribusi bruto asuransi jiwa syariah naik signifikan setiap tahunnya.

Pada 2022, kontribusinya mencapai Rp 22,85 triliun. Sebelumnya, pada 2021 sebesar Rp 20,65 triliun.

"Ini membuktikan, tidak ada yang tidak mungkin. Bicara kontribusi masih bersinar, walau kalau kita lihat marketshare asuransi syariah masih kecil," ujar Fitri dalam webinar Memperkuat Literasi dan Inklusi Keuangan Syariah yang digelar OJK Institute, Kamis (16/2/2023)

Ia menyebutkan, ada beberapa tantangan dalam meningkatkan literasi dan inklusi asuransi syariah. Hal itu antara lain kurangnya pemahaman tentang prinsip syariah, kesulitan aksesibilitas produk asuransi syariah, serta persepsi negatif tentang asuransi syariah.

"Saya pernah mendampingi marketing bertemu nasabah yang langsung menolak," tuturnya.

Tantangan selanjutnya, kata dia, perlunya perhatian lebih dari regulator, kurangnya kesadaran dan partisipasi masyarakat, juga keragaman kultural dan budaya.

PT Capital Life Syariah menyiapkan strategi dan upaya menghadapi tantangan dalam meningkatkan literasi dan inklusi asuransi syariah. Pertama, edukasi dan pelatihan. Kedua, aksesibilitas produk asuransi syariah, pemasaran dan komunikasi, kerja sama dengan lembaga keuangan syariah, serta inovasi dan pengembangan produk.

"Dari awal saya lihat banyak perusahaan menjual produk asuransi kredit. Jadi mungkin ada beberapa inovasi yang perlu kita lakukan, sehingga nasabah yang memerlukan melihat ada produk syariah," ungkap Fitri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement