Kamis 16 Feb 2023 19:33 WIB

Melesat 80 Persen, Pertumbuhan Laba BTN Syariah Kalahkan Induknya

Pertumbuhan laba induk hanya 28,15 persen.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Lida Puspaningtyas
Direktur Utama Haru Koesmahargyo (tengah) dalam konferensi pers paparan kinerja Bank BTN 2022 di Jakarta, Kamis (16/2/2023).
Foto: Dedy Darmawan Nasution
Direktur Utama Haru Koesmahargyo (tengah) dalam konferensi pers paparan kinerja Bank BTN 2022 di Jakarta, Kamis (16/2/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Laba BTN Syariah yang merupakan unit usaha syariah (UUS) dari Bank BTN tercatat sebesar Rp 333,58 miliar sepanjang 2022. Laba tersebut tumbuh hingga 80,12 persen dari perolehan laba tahun 2021 yang hanya Rp 185,2 miliar.

Pertumbuhan signifikan laba UUS Bank BTN ini melampaui dari pertumbuhan laba induk usahanya, Bank BTN yang sebesar 28,15 persen di tahun lalu. Kendati demikian, secara nilai, laba UUS Bant BTN memang masih jauh lebih kecil dibandingkan Bank BTN di tahun 2022 yang tembus Rp 3,04 triliun.

Baca Juga

"Kenaikan laba bersih UUS Bank BTN ini ditopang oleh peningkatan pembiayaan syariah dan perbaikan kualitas pembiayaan," kata Direktur Utama Haru Koesmahargyo dalam konferensi pers paparan kinerja 2022 di Jakarta, Kamis (16/2/2023).

Lebih lanjut, Haru mengatakan, pembiayaan syariah selama 2022 tumbuh sebesar 14,79 persen menjadi Rp 33,62 triliun bila dibandingkan dengan 2021. Adapun tingkat non-peforming financing (NPF) gross turun 101 basis poin menjadi 3,31 persen.

Sementara itu Dana Pihak Ketiga (DPK) BTN Syariah ikut naik ke level 18,38 persen menjadi Rp 34,64 triliun di akhir tahun lalu. "Dengan kenaikan-kenaikan tersebut, aset BTN Syariah ikut meningkat 18,18 persen menjadi Rp 45,33 triliun," ujarnya.

Direktur Konsumer Bank BTN, Hirwandi, mengatakan kinerja positif dari BTN Syariah juga didukung dari penyelesaian pembiayaan-pembiayaan bermasalah. Terutama di pasar komersial sehingga mendukung peningkatan laba yang tinggi.

Adapun di tahun ini, BTN Syariah kembali menargetkan pertumbuhan pembiayaan syariah dua digit pada kisaran 13 persen hingga 14 persen. "Berikutnya, strategi kita untuk menurunkan tingkat kredit bermasalah (NPL) termasuk dalam pembiayaan-pembiayaan, ini untuk peningkatan laba," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement