Kamis 28 Aug 2025 10:34 WIB

Jelang Spin-Off, BTN Syariah Catatkan Kenaikan Aset

Pertumbuhan aset didorong oleh ekspansi pembiayaan.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Satria K Yudha
BTN Syariah mencatatkan kenaikan aset jelang spin-off.
Foto: BTN Syariah
BTN Syariah mencatatkan kenaikan aset jelang spin-off.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Unit Usaha Syariah (UUS) PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk, yakni BTN Syariah, mencatatkan kinerja solid pada semester I 2025. Menjelang proses akhir pemisahan (spin-off), BTN Syariah membukukan aset Rp65,56 triliun, tumbuh 18 persen (yoy) dari Rp55,54 triliun pada periode yang sama tahun lalu.

Pertumbuhan aset didorong oleh ekspansi pembiayaan yang konsisten.  Adapun nilai pembiayaan hingga akhir Juni 2025 mencapai Rp48,46 triliun atau naik 17 persen yoy dibandingkan Rp41,41 triliun pada semester I 2024. Dari sisi penghimpunan dana, BTN Syariah juga mencatatkan peningkatan signifikan. 

Dana pihak ketiga (DPK) tumbuh 19,8 persen (yoy) menjadi Rp55,23 triliun per akhir Juni 2025, naik dari Rp46,09 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya. Kinerja positif itu membuat laba bersih BTN Syariah mencapai Rp401 miliar, naik 8,3 persen (yoy) dibandingkan Rp370 miliar pada semester I 2024.

“BTN Syariah telah memasuki era baru seiring dengan proses akhir spin-off yang ditandai dengan perubahan nama menjadi Bank Syariah Nasional (BSN) melalui penggabungan dengan Bank Victoria Syariah sebagai perusahaan cangkang,” tutur Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu di Jakarta, dikutip pada Kamis (28/8/2025). 

Diketahui, BTN membukukan laba bersih Rp1,7 triliun pada semester I 2025. Angka itu tumbuh 13,6 persen dibanding periode sama tahun lalu Rp1,5 triliun.

Pertumbuhan laba didorong pendapatan bunga kredit yang naik 23,5 (yoy) menjadi Rp18,50 triliun. 

Kenaikan ini jauh di atas biaya bunga yang hanya tumbuh 2,3 persen. Alhasil, pendapatan bunga bersih melompat 55,1 persen (yoy) menjadi Rp9,34 triliun. 

Dengan strategi paruh pertama 2025, margin bunga bersih (net interest margin/NIM) naik 139 basis poin menjadi 4,4 persen. Cost-to-Income Ratio (CIR) juga membaik ke 43,8 persen dari 58,8 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement