Kamis 17 Jul 2025 18:00 WIB

Aset Keuangan Syariah Diprediksi Tembus 7,5 Triliun Dolar AS pada 2028

Stabilitas makro dan penurunan gagal bayar dorong minat pada keuangan berbasis nilai.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Gita Amanda
PEFINDO memberi rating idAAA pada sukuk syariah sehingga membuat makin banyak investor melirik. (ilustrasi)
Foto: Republika/Tahta Aidila
PEFINDO memberi rating idAAA pada sukuk syariah sehingga membuat makin banyak investor melirik. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — PT Pemeringkat Efek Indonesia (PEFINDO) menetapkan peringkat idAAA dengan outlook stabil kepada sejumlah lembaga jasa keuangan nasional per Juli 2025. Beberapa di antaranya berasal dari sektor syariah yang dinilai semakin kredibel, berdaya tahan, dan konsisten dalam mendorong pembiayaan berbasis nilai.

Analis Divisi Pemeringkatan Jasa Keuangan PEFINDO, Danan Dito, menyatakan peringkat bukan sekadar angka. “Pemeringkatan mencerminkan tingkat kepercayaan terhadap sektor keuangan kita yang terus tumbuh dan semakin kredibel,” ujarnya dalam konferensi pers yang digelar secara daring, Selasa (15/7/2025).

Baca Juga

PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) menjadi salah satu entitas yang kembali memperoleh peringkat tertinggi tersebut. PEFINDO menilai fundamental BSI tetap kuat, ditopang ekspansi layanan digital dan meningkatnya minat investor ritel. Jumlah rekening dana nasabah (RDN) Syariah BSI tumbuh 26 persen hingga Mei 2025.

Direktur Sales & Distribution BSI, Anton Sukarna, menyatakan bahwa kepercayaan investor terhadap pasar modal syariah tumbuh positif. “Kami optimistis RDN Syariah akan terus tumbuh seiring dengan meningkatnya minat terhadap bisnis syariah yang sustain dan solid,” ujarnya.

Kepala Ekonom PEFINDO, Suhindarto, menambahkan bahwa tingkat gagal bayar surat utang korporasi turun menjadi 1,26 persen per Juni 2025, lebih rendah dibandingkan tahun lalu. Ia menyebut stabilitas makro dan penurunan suku bunga sebagai pemicu perbaikan struktur keuangan penerbit, termasuk sukuk.

Total mandat penerbitan surat utang korporasi yang tercatat di PEFINDO mencapai Rp 62,37 triliun hingga pertengahan tahun. Dari jumlah itu, sekitar Rp 3 triliun berasal dari sukuk dan MTN, serta Rp 2,05 triliun dari sekuritisasi.

Chief Economist Bank Permata, Josua Pardede, menilai sukuk semakin relevan dalam menghadapi risiko refinancing. “Instrumen berbasis proyek sosial dan lingkungan semakin diminati karena lebih stabil dan sesuai dengan tren ESG global,” ujarnya kepada Republika.

Josua menyebut bahwa penerbitan global sukuk tahun ini mengalami oversubscription dua kali lipat, menunjukkan minat pasar yang tinggi. Laporan State of the Global Islamic Economy (SGIE) 2024/2025 memperkirakan aset keuangan syariah global akan tumbuh dari 4,93 triliun dolar AS (2023) menjadi 7,53 triliun dolar AS pada 2028. Sektor sukuk dan ESG finance menjadi kontributor utama.

BSI juga terus memperkuat literasi keuangan syariah. Pada Juli, mahasiswa Melbourne University melakukan studi banding ke BSI dalam program kerja sama dengan Universitas Indonesia, membahas sistem keuangan syariah digital dan nilai-nilai maqashid syariah.

Selain BSI, entitas lain yang meraih peringkat idAAA antara lain Adira Finance, Bank Mandiri, dan Sarana Multi Infrastruktur. Dengan reputasi kuat dan peringkat tertinggi, lembaga syariah dinilai memiliki peluang besar untuk mendorong pembiayaan berbasis nilai serta memperkuat keberlanjutan fiskal nasional.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement