Kamis 10 Jul 2025 15:59 WIB

Investasi Emas di BSI Tembus Rp 16,43 Triliun per Mei 2025

BSI catat lonjakan investasi emas hingga 92 persen di tengah naiknya harga emas.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Friska Yolandha
Direktur Sales and Distribution BSI Anton Sukarna (kiri) bersama Direktur Retail Banking BSI Kemas Erwan Husainy (kanan) berbincang saat peluncuran fitur pembelian paket umrah di aplikasi BYOND di Jakarta, Selasa (8/6/2025). Fitur pembelian paket umrah travel melalui aplikasi BYOND by BSI tersebut dalam rangka mempermudah akses masyarakat merencanakan ibadah umrah ke Tanah Suci.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Direktur Sales and Distribution BSI Anton Sukarna (kiri) bersama Direktur Retail Banking BSI Kemas Erwan Husainy (kanan) berbincang saat peluncuran fitur pembelian paket umrah di aplikasi BYOND di Jakarta, Selasa (8/6/2025). Fitur pembelian paket umrah travel melalui aplikasi BYOND by BSI tersebut dalam rangka mempermudah akses masyarakat merencanakan ibadah umrah ke Tanah Suci.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Nilai investasi emas di PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) melonjak tajam hingga Rp 16,43 triliun per Mei 2025, naik 92,52 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Lonjakan ini terjadi di tengah kenaikan harga emas batangan Antam yang meningkat 24,8 persen secara year to date (ytd), dari Rp 1.524.000 menjadi Rp 1.902.000 per gram.

Kinerja tertinggi berasal dari produk cicil emas yang mencapai Rp 8,89 triliun atau tumbuh 175,13 persen secara tahunan. Sementara gadai emas menembus Rp 7,54 triliun, naik 42,18 persen year on year. Adapun layanan pembelian emas digital melalui BYOND by BSI turut menyumbang Rp 1,11 triliun atau tumbuh 21,55 persen.

Baca Juga

Direktur Sales & Distribution BSI, Anton Sukarna, menjelaskan pertumbuhan ini mencerminkan tren masyarakat yang mulai menjadikan emas sebagai strategi keuangan syariah jangka panjang.

"Di tengah kondisi yang menantang, emas menjadi salah satu instrumen investasi safe haven bagi masyarakat. Saat ini kami memiliki berbagai pilihan mulai dari cicil emas, gadai emas, hingga pembelian emas melalui BYOND by BSI. BSI mendorong investasi emas bukan sekadar menabung logam mulia, melainkan bagian dari strategi pengelolaan keuangan syariah yang lebih luas," ujar Anton, Kamis (10/7/2025).

Emas dinilai sebagai alternatif yang likuid dan cepat dalam memenuhi kebutuhan mendesak maupun tujuan keuangan jangka panjang. Produk cicil emas memungkinkan nasabah membeli logam mulia dengan harga hari ini untuk kebutuhan masa depan, sementara gadai emas menawarkan pencairan dana cepat dengan nilai taksiran tinggi dan biaya rendah.

Anton menambahkan, BSI menyediakan solusi investasi emas lewat BYOND by BSI yang bisa dilakukan secara tunai maupun cicilan 1 hingga 5 tahun. Keuntungannya, emasnya disiapkan BSI dan disimpan dengan baik karena izinnya langsung dari OJK. 

"Harganya juga menarik karena BSI membeli emas terlebih dahulu, sehingga harganya bisa kompetitif," ujarnya.

Dalam ajang BSI International Expo 2025 yang digelar 26–29 Juni, antusiasme terhadap emas cukup tinggi. Selama empat hari, pembelian cicil emas mencapai Rp 11,2 miliar, sementara transaksi BSI Emas menembus Rp 6,2 miliar. BSI menyasar segmen pegawai tetap—khususnya yang menerima gaji melalui BSI—sebagai pasar potensial untuk memperluas edukasi keuangan berbasis emas.

Namun, dari sisi konsumsi nasional, Indonesia masih tertinggal.

"Konsumsi emas per kapita Indonesia hanya 0,16 gram. Angka ini masih lebih rendah dibanding negara-negara ASEAN lain seperti Singapura, Thailand, Malaysia, dan Vietnam. Di Indonesia, konsumsi emas masih didominasi bentuk perhiasan. Namun menariknya, dari tahun ke tahun, ada peningkatan konsumsi emas batangan untuk investasi. Ini yang kami dorong melalui produk emas di BSI," ujar Anton.

Pemerintah melalui OJK turut mendorong optimalisasi emas sebagai aset nasional. Direktur Pengawasan Bank Syariah OJK, Esti Sasanti, mengatakan, kehadiran layanan bullion bank atau bank emas di Indonesia merupakan respons dari pemerintah yang melihat emas belum sepenuhnya dikelola secara optimal di dalam negeri. 

"Sudah saatnya Indonesia memiliki bullion bank untuk mengelola emas idle yang beredar di masyarakat agar dapat dioptimalkan," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement