Rabu 09 Jul 2025 11:48 WIB

Lelang Sukuk Negara Tembus Rp40,8 Triliun, Pasar Obligasi Dinilai Masih Menarik

Pemerintah memutuskan menyerap Rp12 triliun dari pasar.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Ahmad Fikri Noor
Kantor Kementerian Keuangan (Kemenkeu) di Jakarta Pusat.
Foto: Istimewa
Kantor Kementerian Keuangan (Kemenkeu) di Jakarta Pusat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Di tengah tekanan sentimen global, minat investor terhadap Surat Berharga Negara (SBN) tetap kuat. Lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) pada Selasa (8/7/2025) mencatat total penawaran masuk sebesar Rp40,8 triliun, naik dari Rp39,7 triliun pada lelang sebelumnya, 24 Juni 2025.

Pemerintah memutuskan menyerap Rp12 triliun dari pasar, lebih tinggi dari target indikatif Rp9 triliun. Tingginya permintaan mencerminkan kepercayaan investor terhadap stabilitas fiskal dan prospek pasar surat utang domestik, meskipun global bond market sedang menghadapi tekanan dari kebijakan suku bunga dan tarif baru AS.

Baca Juga

Di pasar sekunder, aktivitas perdagangan juga meningkat. Volume transaksi obligasi pemerintah (SBN) secara outright tercatat mencapai Rp23 triliun, naik signifikan dibanding hari sebelumnya yang hanya Rp18,6 triliun. Dua seri yang paling aktif diperdagangkan adalah FR0106 dan FR0104, masing-masing mencatat volume Rp3,7 triliun dan Rp2,7 triliun.

Pergerakan imbal hasil (yield) mencerminkan sikap investor yang cenderung selektif. Yield SUN benchmark 5-tahun (FR0104) turun 2 basis poin (bps) menjadi 6,20 persen, sementara yield SUN 10-tahun (FR0103) justru naik tipis 1 bps ke 6,58 persen. Secara umum, posisi yield curve SUN 10-tahun (GIDN10YR) masih berada dalam estimasi kisaran 6,54–6,74 persen.

Dari sisi global, kondisi pasar cenderung kurang bersahabat. Yield US Treasury (UST) 5-tahun naik 3 bps ke 3,99 persen, sedangkan yield UST 10-tahun meningkat 2 bps ke 4,42 persen. Namun demikian, risiko kredit Indonesia tetap terkendali. Credit Default Swap (CDS) 5-tahun Indonesia stabil di level 75 bps, mencerminkan persepsi risiko yang rendah dari investor internasional.

“Dengan mempertimbangkan kondisi pasar di atas, BNI Sekuritas melihat adanya potensi demand yang stabil terhadap instrumen SBN berdenominasi Rupiah,” ujar Kepala Riset Fixed Income BNI Sekuritas, Amir Dalimunthe, Rabu (9/7/2025).

Menurut Amir, investor dapat melirik beberapa seri obligasi pemerintah yang saat ini memiliki valuasi menarik berdasarkan yield curve. “Berdasarkan valuasi, kami merekomendasikan seri FR0095, FR0096, dan FR0075,” jelasnya.

Obligasi korporasi juga mencatat volume perdagangan yang tinggi, yakni Rp9,4 triliun secara outright. Ini menunjukkan bahwa pelaku pasar masih aktif melakukan diversifikasi portofolio meskipun risiko eksternal meningkat.

Sementara itu, nilai tukar rupiah turut menguat 0,21 persen terhadap dolar AS. Rupiah bergerak dari Rp16.240 menjadi Rp16.206 per dolar AS. Penguatan ini menambah daya tarik obligasi domestik karena menjaga kestabilan nilai instrumen dalam mata uang lokal.

Meski bayang-bayang kenaikan tarif AS dan fluktuasi yield global masih membayangi, daya tahan pasar surat utang Indonesia menunjukkan bahwa investor masih percaya pada stabilitas makroekonomi nasional. Tantangan ke depan terletak pada kemampuan pemerintah menjaga momentum kepercayaan ini sambil tetap memperkuat likuiditas dan kredibilitas fiskal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement