REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Peluang Indonesia untuk naik peringkat dalam laporan State of the Global Islamic Economy (SGIE) 2024/2025 dinilai terbuka lebar, terutama dari sisi ekonomi digital dan kesadaran terhadap halal food. Namun, lemahnya fokus pemerintah pada investasi syariah dan perdagangan halal menjadi catatan penting yang dapat menghambat laju tersebut.
“Peluang peningkatan di sisi digital lifestyle economy itu sangat besar. Sayangnya, industri digital kita sifatnya netral, tidak terlalu fokus pada halal lifestyle, walaupun secara substansi mungkin tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Jadi hasilnya mungkin tidak ter-capture di SGIE report ini barangkali,” ujar Dosen Prodi Bisnis Islam Fakultas Ekonomi dan Bisnis UI, Ronald Rulindo, kepada Republika, Senin (7/7/2025).
SGIE Report 2023 mencatat belanja konsumen Muslim dunia mencapai 2,29 triliun dolar AS pada 2022, naik 9,5 persen dari tahun sebelumnya. Indonesia berada di posisi ketiga dalam Global Islamic Economy Indicator (GIEI), di bawah Malaysia dan Arab Saudi.
Ronald menilai, dari sektor halal food, kesadaran masyarakat dan pelaku usaha terhadap aspek kehalalan semakin tumbuh signifikan. “Banyak restoran dari kelompok yang besar-besar juga sudah mulai menonjolkan halalnya. Dan kalau datanya berhasil dikumpulkan, hasilnya bisa jadi peningkatan posisi Indonesia di SGIE report,” tuturnya.
Sementara itu, di sektor keuangan syariah, belum tampak inovasi signifikan meskipun regulasi mulai memberi ruang. “Kalau untuk Islamic finance, belum ada gebrakan baru yang terlihat walaupun sudah ada UU P2SK yang memberikan beberapa fleksibilitas untuk industri keuangan syariah,” ujar Ronald.
Ia menekankan, potensi ekonomi halal Indonesia sangat besar, tetapi belum menjadi prioritas dalam agenda ekonomi luar negeri pemerintah. “Untuk peluang investasi dan perdagangan halal Indonesia harusnya selalu besar. Pertanyaannya lebih kepada apakah investasi syariah dan perdagangan halal ini menjadi fokus pemerintah?” katanya.
Ronald merujuk pada kunjungan Presiden RI ke Arab Saudi yang menghasilkan banyak kesepakatan strategis, namun sektor halal tidak menjadi sorotan utama. “Misalkan, dari kunjungan Presiden (Prabowo Subianto) ke Saudi banyak kesepakatan kerja sama yang tercapai, tapi topik keuangan syariah dan industri halal tidak terlihat dalam poin-poin yang diliput oleh media,” tegasnya.
SGIE Report 2024/2025 dijadwalkan dirilis Selasa (8/7/2025), dengan proyeksi pertumbuhan konsumsi halal global mencapai 3,1 triliun dolar AS pada 2027. Indonesia ditantang untuk tidak hanya menjadi pasar, tetapi juga pemain kunci dalam arus halal global.