REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) berpotensi tidak lagi berada di bawah kendali PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Rencana menempatkan BSI langsung di bawah Danantara, holding BUMN sektor keuangan syariah, dinilai sebagai langkah strategis untuk memperkuat kemandirian bank syariah terbesar di Indonesia.
Jika direalisasikan, BSI akan keluar dari struktur Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) dan berada langsung di bawah naungan Danantara. Keuntungan utama dari perubahan ini terletak pada keleluasaan dalam menentukan arah bisnis dan tata kelola yang lebih terfokus.
“Tata kelola akan lebih fokus. BSI dapat mengambil keputusan strategis sesuai dengan visi dan misi bank syariah, tanpa tergantung pada kebijakan BMRI maupun Himbara,” ujar Direktur Infrastruktur Ekosistem Ekonomi Syariah Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS), Sutan Emir Hidayat, kepada Republika, Selasa (3/6/2025).
Menurut Emir, BSI akan lebih mandiri secara kelembagaan dan tidak lagi terikat oleh keputusan strategis dari bank konvensional. “Kemandirian kelembagaan akan meningkat. BSI bisa memperkuat citra sebagai bank syariah yang tidak terikat oleh keputusan strategis bank-bank konvensional seperti BMRI,” katanya.
Secara sinergi, Danantara dinilai lebih selaras karena berisi entitas dengan fokus pada bisnis syariah. Hal ini mendukung integrasi ekosistem halal dan pengembangan layanan keuangan berbasis syariah secara menyeluruh.
Namun, pemisahan ini juga membawa sejumlah risiko, terutama dalam hal sumber daya. Selama ini, BSI mendapat dukungan teknologi, jaringan, dan sumber daya manusia dari BMRI. Tanpa induk tersebut, akses ke ekosistem Mandiri bisa terbatas.
“Keterbatasan sumber daya bisa menjadi tantangan. Berbeda dengan BMRI yang memiliki jaringan luas, menjadi bagian Danantara mungkin mengurangi akses terhadap distribusi atau SDM BMRI,” tutur Emir.
Risiko lain datang dari sisi pasar. Selama ini, sebagian nasabah BSI berasal dari jejaring Bank Mandiri. Lepas dari induk dapat membuat BSI kehilangan sebagian pangsa pasar konvensional.
“Meskipun ini bisa mempertegas identitas syariah, BSI bisa kehilangan peluang menjangkau nasabah dari pasar konvensional milik BMRI,” katanya.
Dari sisi sinergi internal, pengalaman Danantara yang masih terbatas dalam mengelola bank syariah secara mandiri menjadi tantangan awal. Kendati demikian, kemandirian ini juga membuka ruang untuk ekspansi bisnis baru.
“BSI bisa mengembangkan layanan bullion, ekosistem haji dan umrah, pembiayaan ekosistem syariah. Termasuk mendirikan perusahaan sekuritas syariah pertama, masuk ke asuransi syariah, dan lainnya,” kata Emir.