REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK — Thailand terus menunjukkan komitmen kuatnya sebagai salah satu pusat industri halal dunia. Negara yang mayoritas penduduknya non-Muslim ini justru melesat dalam menggarap potensi ekonomi syariah, terutama di sektor makanan dan pariwisata halal.
Republika sempat berkunjung langsung ke Bangkok, Thailand, Kamis (9/5/2025), dan merasakan sendiri mudahnya mencari makanan halal. Di kawasan Ratchathewi, tepatnya sekitar Masjid Darul Aman, tersedia banyak restoran halal yang menyatu dengan kehidupan warga Muslim lokal.
Masjid Darul Aman yang terletak di Soi Phetchaburi 7 ini bukan hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga magnet kuliner halal. Tak sedikit pelancong Muslim dari Indonesia dan Malaysia yang sengaja mampir ke kawasan ini untuk menikmati sajian autentik khas Thailand yang telah tersertifikasi halal.
Ahmad (33 tahun), salah satu pelancong asal Indonesia, mengaku tidak menemui kesulitan berarti dalam mencari makanan halal selama berada di Thailand.
“Bahkan di minimarket seperti 7-Eleven pun sudah banyak produk halal. Pramuniaga juga memberi tahu bila tempat memanaskan makanannya tercampur dengan produk nonhalal,” ujar Ahmad kepada Republika.
Di pusat perbelanjaan seperti Pratunam, meski bukan pusat kuliner halal, terdapat sejumlah restoran yang menyediakan makanan halal dan mencantumkan label halal di gerobak atau etalasenya. Salah satunya adalah restoran Muslim Food yang menyajikan menu khas seperti tomyum beef noodles dan tomyum chicken noodles. Di Bandara Don Mueang juga tersedia Halal Corner yang menyajikan aneka makanan dan minuman halal seperti mango sticky rice, egg tart, roti, hingga nasi goreng.
Menariknya, bahkan di kawasan Khaosan Road yang terkenal dengan kehidupan malam dan sajian ekstrem seperti daging buaya, tetap ada ruang untuk makanan halal. Sebuah restoran Pakistan bernama The Pizza House Halal hadir sebagai pilihan bagi wisatawan Muslim yang ingin menikmati kuliner dengan tenang. Ini menjadi bukti bahwa masyarakat Muslim tidak perlu takut kesulitan mencari makanan halal di Thailand.
Pemerintah Thailand pun serius menjadikan wisata halal sebagai bagian penting dalam kampanye Amazing Thailand Grand Tourism and Sports Year 2025. Dalam ajang Arabian Travel Market (ATM) 2025, Tourism Authority of Thailand (TAT) mengumumkan kerja sama dengan maskapai Timur Tengah seperti Emirates dan Etihad Airways untuk menarik lebih dari satu juta wisatawan dari kawasan Timur Tengah dan Afrika.
“Thailand bangga bisa memberikan pengalaman perjalanan yang nyaman dan ramah bagi wisatawan Muslim. Saat ini kami memiliki jaringan luas restoran bersertifikat halal, tempat salat di bandara dan pusat perbelanjaan utama, serta akomodasi mewah dengan fasilitas privat terpisah untuk pria dan wanita,” ujar Gubernur TAT, Thapanee Kiatphaibool, dalam keterangan resmi dikutip dari Travel Daily Media, Ahad (11/5/2025).
TAT juga merancang paket wisata khusus untuk keluarga, pasangan bulan madu, dan pencari layanan kebugaran dari wilayah GCC. Semua paket tersebut disusun berdasarkan nilai dan kebutuhan pelancong Muslim, dengan fokus pada privasi, eksplorasi budaya, belanja, dan relaksasi.
Keberhasilan Thailand dalam menggarap sektor halal juga didukung riset dan inovasi dari Pusat Sains Halal Universitas Chulalongkorn. Winai Dahlan, Direktur Pendiri pusat tersebut, menyoroti potensi teknologi blockchain dalam meningkatkan standar produk halal Thailand.
Dari sisi kerja sama internasional, Thailand menjalin kolaborasi dengan Bahrain untuk memperkuat perdagangan produk halal. “Dengan membangun rantai pasokan yang kuat, Bahrain dan Thailand dapat memposisikan diri sebagai pemimpin dalam industri makanan halal global,” kata Wakil Ketua Komite Sektor Pangan Kamar Dagang Bahrain, Shaikh Rashid bin Khalifa Al Khalifa, akhir tahun lalu.
Berbanding terbalik, Indonesia sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia justru dinilai belum optimal dalam membangun branding industri halal global. Wakil Menteri Perindustrian, Faisol Riza, mengungkapkan Indonesia perlu memperkuat ekosistem halal secara menyeluruh agar mampu bersaing di pasar dunia.
“Branding halal global kita belum optimal. Negara lain seperti Thailand sudah memposisikan diri sebagai dapur halal global, Korea menjadi tujuan utama wisata halal, Brasil menargetkan pemasok unggas halal terbesar, demikian juga Australia yang menargetkan jadi penyedia sapi halal terbesar,” ujar Faisol dalam Kick Off Halal Indonesia International Industry Expo 2025, Senin (28/4/2025).

Menurut Faisol, Cina bahkan telah menempatkan dirinya sebagai pemasok pakaian Muslim terbesar di dunia. Untuk mengejar ketertinggalan, Indonesia kini fokus membangun infrastruktur halal, memperkuat branding, meningkatkan kesadaran masyarakat, serta memberikan penghargaan bagi pemangku kepentingan industri halal.
“Diharapkan ini bisa menjadi modal kita untuk mencapai target pertumbuhan yang sudah ditetapkan pemerintah, yaitu 8 persen pada 2029,” tutur Faisol.
Meski begitu, potensi Indonesia sangat besar. Data ekspor produk halal sepanjang 2024 mencapai 64,11 miliar dolar AS. Dalam laporan Global Islamic Economy Indicator dari State of the Global Islamic Economy (SGIE), Indonesia berhasil naik satu peringkat pada 2024, berada di posisi ketiga setelah Malaysia dan Arab Saudi. Namun, untuk sektor kosmetik dan farmasi, Indonesia masih tertinggal dibandingkan negara-negara Muslim lainnya.
Langkah Thailand menjadi cerminan bahwa keberhasilan industri halal tidak bergantung pada jumlah penduduk Muslim, melainkan pada keseriusan, inovasi, dan sinergi antarpemangku kepentingan. Indonesia pun harus segera tancap gas jika ingin merebut posisi strategis dalam peta industri halal dunia.