Sabtu 08 Mar 2025 14:08 WIB

Konsumen Muslim Kini Lebih Selektif, Brand Lokal Dituntut Beradaptasi

Produk tidak hanya halal tetapi juga berdampak positif bagi masyarakat.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Gita Amanda
Konsumen muslim mengalami perubahan besar, kini tidak hanya mencari produk halal, tetapi juga mempertimbangkan manfaat ekonomi, sosial, dan spiritual dari setiap pilihan konsumsi. (ilustrasi)
Foto: Republika/Prayogi
Konsumen muslim mengalami perubahan besar, kini tidak hanya mencari produk halal, tetapi juga mempertimbangkan manfaat ekonomi, sosial, dan spiritual dari setiap pilihan konsumsi. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pascapandemi, perilaku konsumen muslim mengalami perubahan besar. Mereka kini tidak hanya mencari produk halal, tetapi juga mempertimbangkan manfaat ekonomi, sosial, dan spiritual dari setiap pilihan konsumsi. Tren ini disebut sebagai Muslim 5.0, sebuah fase baru yang menuntut perusahaan, terutama brand lokal Islami, untuk lebih kompetitif.  

"Ini bukan sekadar tren, tetapi sebuah perubahan pola konsumsi. Konsumen muslim kini lebih sadar akan maqashid syariah, bahwa setiap pilihan konsumsi harus membawa manfaat, baik secara ekonomi, sosial, maupun spiritual," ujar Yuswohady, Managing Partner Inventure, dalam IMMO 2025 di Jakarta, Kamis (6/3/2025) lalu.   

Baca Juga

Perubahan ini membuka peluang bagi brand lokal untuk menegaskan identitasnya sebagai bagian dari ekonomi umat. Dengan menonjolkan nilai-nilai kebaikan dan kepedulian terhadap isu sosial, brand lokal bisa membangun narasi yang kuat sebagai “pilihan konsumen muslim”, produk yang tidak hanya halal tetapi juga berdampak positif bagi masyarakat.  

Namun, peluang tersebut juga membawa tantangan besar. Brand lokal Islami tidak bisa hanya mengandalkan identitas keislaman, tetapi harus meningkatkan daya saing dengan menawarkan manfaat fungsional dan emosional yang lebih kuat.   

Konsumen Muslim 5.0 semakin menuntut kualitas, inovasi, dan layanan yang setara atau lebih baik dari merek global. Mereka tidak lagi hanya melihat label halal, tetapi juga mempertimbangkan keunggulan produk.  

Sebagai contoh, merek kosmetik halal kini harus meningkatkan teknologi dan kualitas produk agar bisa bersaing di pasar global. Hal yang sama berlaku di sektor makanan, fashion, dan layanan keuangan berbasis syariah.  

Bagi brand lokal Islami, ini adalah tantangan untuk terus berkembang dan membuktikan mereka tidak hanya sekadar “berlabel halal”, tetapi juga mampu menghadirkan produk berkualitas yang benar-benar sesuai dengan prinsip maqashid syariah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement