Sabtu 18 Nov 2023 09:00 WIB

Kinerja Perbankan Syariah Berpeluang Tumbuh Progresif di Tahun Depan

BSI optimistis perekonomian tetap tumbuh positif di atas lima persen.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Fuji Pratiwi
Chief Economist BSI Banjaran Surya Indrastomo menyampaikan paparan dalam acara BSI Sharia Economic Outlook 2024 di Jakarta, Jumat (17/11/2023).
Foto: Republika/Prayogi
Chief Economist BSI Banjaran Surya Indrastomo menyampaikan paparan dalam acara BSI Sharia Economic Outlook 2024 di Jakarta, Jumat (17/11/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Chief Economist Bank Syariah Indonesia (BSI) Banjaran Surya Indrastomo mengatakan, kinerja perbankan syariah diproyeksikan masih berada di atas perbankan nasional.

Dengan begitu, industri perbankan syariah masih berpeluang tumbuh progressif di tengah tantangan ketatnya likuiditas. Untuk tahun depan, ia memprediksi perbankan nasional akan tumbuh sebesar 8-10 persen year on year (yoy) untuk DPK dan 9-11 persen yoy untuk pembiayaan. 

Baca Juga

"Tahun depan BSI optimis perekonomian tetap tumbuh positif di atas lima persen. Karenanya perlu peningkatan peran perbankan syariah dalam proyek strategis nasional, seperti hilirisasi dan pendalaman pasar keuangan," ujar Banjaran di acara BSI Sharia Economic Outlook 2024, yang diselenggarakan Jumat (17/11/2023) di Kantor Pusat BSI Gedung The Tower, Jakarta.

Saat ini, lanjut Banjaran, tingkat global ekonomi terlihat masih akan melambat. Salah satu faktornya adalah kebijakan moneter yang ketat dari bank sentral negara-negara maju seperti Amerika Serikat. Selain itu juga karena suku bunga acuan bank yang masih dijaga tinggi sejak 2023. 

Namun, Banjaran menilai untuk kondisi inflasi global justru semakin terkendali, meskipun masih ada risiko kenaikan harga komoditas yang didorong oleh ketegangan geopolitik Rusia-Ukraina atau Israel-Palestina. Selain itu, terdapat risiko dari perubahan iklim dan gangguan cuaca El Nino yang berpotensi menghambat produksi pangan hingga paruh awal 2024. 

Hal itu akan membuat pelonggaran suku bunga acuan diprediksi akan dilakukan pada semester kedua 2024. Di saat yang sama, terdapat risiko dari meningkatnya ketidakpastian perekonomian dan pasar keuangan global akibat dinamika politik dari pemilihan presiden AS.

Namun, ia optimistis perekonomian nasional masih akan melanjutkan pertumbuhan positif di kisaran 5 persen-6 persenseperti yang terjadi selama 2023 ini.

"Di tengah ketidakpastian global, tahun depan BSI optimistis perekonomian Indonesia tetap tumbuh positif di atas lima persen. Tingkat konsumsi rumah tangga diperkirakan masih tumbuh kuat," kata Banjaran.

Menurutnya, tingkat konsumsi 2024 diprediksi masih bertahan tinggi, dengan kondisi suplai dari manufaktur yang konsisten berada di zona ekspansif (PMI Manufacture >50). Hal ini menandakan keyakinan konsumen yang terjaga. Salah satu pendorongnya adalah aktivitas pemilu yang memutar roda perekonomian karena meningkatkan belanja domestik.

Seluruh lapangan usaha diprediksi tumbuh positif pada 2024, didorong oleh kuatnya konsumsi rumah tangga. BSI pun optimistis bahwa perbankan nasional dapat mencapai pertumbuhan DPK 7,65 persen yoy dan pembiayaan sebesar 8,39 persen yoy hingga akhir tahun ini. 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement