Kamis 11 May 2023 21:47 WIB

Pengamat TI: BSI Harus Lakukan Audit dan Forensik Digital

Kejadian yang dialami BSI dapat menjadi pelajaran bersama.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Lida Puspaningtyas
Direktur Utama BSI Hery Gunardi (tengah) didampingi RCEO BSI Jakarta 1 Deden Durachman (kanan) berbincang dengan nasabah yang telah selesai menarik uang tunai dari mesin anjungan tunai mandiri (ATM) di Kantor Cabang Jakarta Thamrin, Jakarta, Kamis (11/5/2023). Layanan perbankan PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) telah kembali normal, baik di kantor cabang, mesin anjungan tunai mandiri (ATM) maupun mobile banking sehingga dapat digunakan oleh nasabah untuk bertransaksi.
Foto: Prayogi/Republika
Direktur Utama BSI Hery Gunardi (tengah) didampingi RCEO BSI Jakarta 1 Deden Durachman (kanan) berbincang dengan nasabah yang telah selesai menarik uang tunai dari mesin anjungan tunai mandiri (ATM) di Kantor Cabang Jakarta Thamrin, Jakarta, Kamis (11/5/2023). Layanan perbankan PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) telah kembali normal, baik di kantor cabang, mesin anjungan tunai mandiri (ATM) maupun mobile banking sehingga dapat digunakan oleh nasabah untuk bertransaksi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat teknologi informasi (TI) Pratama Persadha mengatakan, Bank Syariah Indonesia (BSI) harus segera melakukan audit serta forensik digital guna mengetahui penyebab gangguan layanan perbankan yang terjadi dalam empat hari. BSI pun telah mengonfirmasi adanya dugaan serangan siber di layanan perbankan yang menyebabkan layanan perbankan BSI lumpuh.

 

"Dengan melakukan audit serta forensik digital maka baru akan diketahui apa yang menyebabkan beberapa layanan masih bermasalah sampai empat hari. Beberapa langkah mitigasi pasti sudah dilakukan oleh tim BSI seperti melakukan pemulihan data dari database cadangan, melakukan pemeriksaan perkiraan celah keamanan, melakukan update aplikasi dan perangkat keras, melakukan pengecekan di sistem firewall IDS IPS, dan lainnya" terang Pratama kepada Republika, Kamis (11/5/2023).

 

Pada saat kondisi seperti ini, sambung Pratama, biasanya banyak justru yang memberikan kritikan, hujatan, bahkan amukan terhadap penyelenggara sistem, yang justru tidak memberikan dampak percepatan perbaikan.

"Memang betul pasti ada kesalahan yang terjadi sehingga sistem menjadi gangguan, tapi berilah waktu bagi penyelenggara sistem untuk melakukan pemulihan dan perbaikan," tuturnya.

 

Ia pun berharap BSI terbuka perihal penyebab gangguan layanan sistemnya, sehingga kejadian yang dialami BSI dapat menjadi pelajaran bersama baik untuk perbankan syariah maupun perbankan konvensional.

 

"Diharapkan kejadian serupa tidak terjadi lagi di kemudian hari, baik di sistem yang sama atau di penyelenggara sistem yang lain," harapnya.

Direktur Utama Bank Syariah Indonesia (BSI) Hery Gunardi mengonfirmasi adanya dugaan serangan siber terhadap layanan perbankan BSI. Namun ia membantah bila serangan tersebut meminta sejumlah uang tebusan.

"Kami temukan ada indikasi serangan siber. Kami ada temporary switch off untuk memastikan sistem aman, tapi tidak ada tebusan ya," ujar Hery saat konferensi pers di Jakarta, Kamis (11/5/2023).

Namun, sambung Hery, perlu pembuktian lebih lanjut melalui audit dan digital forensik perihal dugaan serangan siber tersebut. Adapun dalam proses normalisasi layanan, tim IT BSI bekerja sama dengan Tim IT Bank Mandiri dan tentunya berkoordinasi secara intens dengan berbagai pihak terkait, baik regulator BI, OJK, pemegang saham maupun lembaga pemerintah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement