Kamis 09 Oct 2025 14:37 WIB

BI Dorong Pesantren Jadi Penggerak Ekonomi Syariah Nasional Lewat Program Gerbang Santri

Pesantren diarahkan mandiri secara ekonomi dan terhubung dengan rantai halal global.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Friska Yolandha
Bank Indonesia gelar 11th International Islamic Monetary Economics and Finance Conference & Call for Papers (IIMEFC) 2025 bertema “The Role of Islamic Economics and Finance in the Era of Digital Transformation, Sustainable Growth and Geopolitical Uncertainty
Foto: Bank Indonesia
Bank Indonesia gelar 11th International Islamic Monetary Economics and Finance Conference & Call for Papers (IIMEFC) 2025 bertema “The Role of Islamic Economics and Finance in the Era of Digital Transformation, Sustainable Growth and Geopolitical Uncertainty

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Bank Indonesia (BI) menilai pesantren memiliki potensi besar menjadi penggerak utama ekonomi syariah nasional. Melalui program Gerbang Santri, BI mendorong pesantren agar mampu berproduksi secara mandiri dan terhubung dengan rantai ekonomi halal global.

“Ekonomi syariah harus dikembangkan secara kaffah, tidak bisa hanya banknya yang maju. Kalau pesantrennya tertinggal, pembiayaan tidak akan terserap,” kata Direktur Eksekutif Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah BI, Dadang Muljawan, dalam forum literasi ekonomi syariah di Jakarta, Rabu (8/10/2025).

Baca Juga

Program Gerbang Santri menjadi salah satu strategi BI dalam memperluas inklusi keuangan syariah di kalangan masyarakat pesantren. Melalui program ini, pesantren didorong untuk mengadopsi teknologi modern seperti hidroponik, greenhouse, dan Internet of Things (IoT).

Beberapa pesantren bahkan telah berhasil mengekspor produk hasil produksi mereka ke luar negeri. “Kalau segmen pesantren maju, maka mereka akan menjadi bagian dari pembangunan nasional,” ujar Dadang.

Selain pesantren, BI juga mendorong pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) agar dapat naik kelas melalui pembiayaan syariah. Upaya ini sejalan dengan misi BI memperluas akses ekonomi umat agar tidak ada kelompok masyarakat yang tertinggal.

Di sisi moneter, BI menjadi otoritas pertama di dunia yang memiliki instrumen moneter dan makroprudensial syariah. Instrumen tersebut terhubung dengan sukuk hijau yang diterbitkan Kementerian Keuangan sebagai bentuk dukungan terhadap pembangunan berkelanjutan.

“Kami ingin sistem moneter syariah menjadi bagian dari green economy. Ekonomi syariah harus pro terhadap pembangunan berkelanjutan,” ucapnya.

Selain pembiayaan, BI juga mengembangkan digitalisasi zakat dan wakaf agar lebih transparan dan terintegrasi. Data zakat dan wakaf kini terkoneksi antara pemerintah, BAZNAS, dan BI untuk meningkatkan akurasi pengelolaan dana sosial Islam.

Dadang menegaskan, penguatan edukasi menjadi kunci agar ekonomi syariah tumbuh berkelanjutan. “Dalam hadits disebutkan, jangan tinggalkan generasi lemah di belakang kalian. Artinya, literasi adalah bagian dari ibadah,” katanya.

BI berharap pengembangan ekonomi syariah tidak hanya memperkuat sistem keuangan nasional, tetapi juga menjadi instrumen pemerataan ekonomi umat. Dengan konsep kaffah, ekonomi syariah diharapkan menjadi pilar utama ketahanan ekonomi Indonesia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement