REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pemerintah menyerap dana Rp12 triliun dari lelang tujuh seri Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau sukuk pada 5 Agustus 2025. Total penawaran yang masuk tercatat Rp43,02 triliun, menurut keterangan Direktorat Jenderal Pembiayaan dan Pengelolaan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, Rabu (13/8/2025).
Serapan terbesar berasal dari seri PBS034 (pembukaan kembali) senilai Rp4,95 triliun dari penawaran Rp7,7 triliun. Seri ini memiliki imbal hasil rata-rata tertimbang 6,73568 persen dengan jatuh tempo 15 Juni 2039.
Pemerintah juga memenangkan Rp1,9 triliun dari seri PBS030 (pembukaan kembali) dengan penawaran Rp8,48 triliun dan imbal hasil 5,83229 persen, jatuh tempo 15 Juli 2028.
Dari seri PBSG001 (pembukaan kembali), diserap Rp1,7 triliun dari penawaran Rp5,66 triliun dengan imbal hasil 6,05134 persen, jatuh tempo 15 September 2029.
Seri PBS003 (pembukaan kembali) menyumbang Rp1,3 triliun dari penawaran Rp7,78 triliun dengan imbal hasil 5,67100 persen, jatuh tempo 15 Januari 2027.
Sementara itu, seri PBS038 (pembukaan kembali) diserap Rp1,15 triliun dari penawaran Rp7,48 triliun dengan imbal hasil 6,93989 persen, jatuh tempo 15 Desember 2049.
Untuk seri SPNS04052026 (penerbitan baru), pemerintah memenangkan Rp1 triliun dari penawaran Rp4,89 triliun dengan imbal hasil 5,52000 persen, jatuh tempo 4 Mei 2026.
Adapun seri SPNS10022026 (pembukaan kembali) dengan jatuh tempo 10 Februari 2026 tidak diserap meski mendapat penawaran Rp1,04 triliun.
Sementara itu, Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan sukuk dan Cash Waqf Linked Sukuk Ritel (CWLS) menjadi pendorong utama pertumbuhan aset keuangan syariah Indonesia. Saat ini, pangsa aset keuangan syariah nasional mencapai 51,42 persen, mayoritas berasal dari instrumen keuangan negara.
“Untuk jujur saja, yang banyak menggelembungkan aset itu adalah instrumen keuangan negara. Sukuk di Indonesia didominasi oleh sukuknya negara,” ujarnya dalam Sarasehan Nasional Ekonomi Syariah di Jakarta, Rabu (13/8/2025).
Menurut Sri Mulyani, penerbitan sukuk negara dilakukan di pasar global maupun domestik. Hingga kini, pemerintah telah menerbitkan sukuk senilai 7,7 miliar dolar AS di pasar internasional dan Rp84,7 triliun di pasar domestik.
Ia berharap semakin banyak investor ritel membeli SBSN ritel yang hasilnya digunakan membiayai berbagai proyek, mulai dari kampus, sekolah, hingga rumah sakit.