Rabu 09 Jul 2025 18:02 WIB

Kinerja INA Moncer, Tarik FDI 2,5 Lipat dengan Total Investasi Rp 65,4 T

Ini merupakan capaian tertinggi sejak INA berdiri

(ilustrasi) Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Belawan.
Foto: Bea Cukai
(ilustrasi) Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Belawan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Lembaga Pengelola Investasi alias Indonesia Investment Authority (INA) makin moncer selama 2024. Dalam rilis persnya, INA mengeklaim menarik Foreign Direct Investment (FDI) sebesar Rp 13,8 triliun, atau setara dengan 2,5 kali lipat dari investasi ekuitas INA pada periode yang sama.

"Ini merupakan capaian tahunan tertinggi sejak INA berdiri," demikian siaran pers. INA berdiri sejak 2020. "Hasil ini mencerminkan peran katalis INA dalam menggerakkan modal global untuk mendukung prioritas strategis pemerintah." Hasil ini juga sekaligus memperkuat kepercayaan investor terhadap prospek jangka panjang Indonesia.

Dalam paparannya, selama tahun 2024, INA merealisasikan delapan investasi di beberapa sektor prioritas, dengan total penyaluran modal sebesar IDR19,5 triliun, terdiri dari Ro 5,6 triliun dari kontribusi INA, dan Rp 13,8 triliun dari mitra investor.

Capaian ini menunjukkan tren pertumbuhan INA yang berkelanjutan, dengan total 15 transaksi yang direalisasikan hingga Desember 2024, senilai Rp 60,9 triliun sejak didirikan pada tahun 2020. Jumlah ini terdiri dari Rp 24,9 triliun kontribusi INA dan Rp 36,0 triliun dari mitra investor. Melanjutkan tren positif ini, total penanaman modal secara kumulatif bersama para mitra investasi mencapai Rp 65,4 triliun per Mei 2025.

Tahun lalu, INA mengarahkan investasinya ke empat sektor prioritas nasional:

transportasi dan logistik, energi hijau dan transformasi, infrastruktur digital, serta

kesehatan. Alokasi ini mencerminkan komitmen INA pada sektor-sektor

dengan dampak pembangunan yang tinggi, ketahanan jangka panjang, dan potensi

pertumbuhan yang kuat.

Ketua Dewan Direktur INA, Ridha Wirakusumah, menyatakan, “Sejak awal, pendekatan investasi INA selalu konsisten: disiplin, berlandaskan fundamental yang kuat, dan berorientasi pada penciptaan nilai jangka panjang, sekaligus memastikan dampak pembangunan yang berarti bagi Indonesia. Kami berinvestasi dengan penuh keyakinan pada berbagai peluang yang memberikan imbal hasil menarik dengan risiko terukur. Kami mencari ketahanan melalui investasi pada sektor dan industri yang memenuhi kebutuhan esensial dan berjangka panjang.”

Ia menambahkan, “Kami berinvestasi pada hal-hal yang kami yakini penting bagi Indonesia saat ini, dan akanterus dibutuhkan oleh generasi-generasi mendatang.”

Bersama mitra investornya, Asset Under Management (AUM) INA mencapai Rp 144,3 triliun pada akhir 2024, meningkat 92 persen sejak INA didirikan. Pertumbuhan ini didukung oleh proses pembentukan modal secara berkelanjutan dan deretan peluang investasi bersama dari investor lebih dari 15 negara. Dari sisi kinerja keuangan, INA mencatat laba bersih sebesar Rp 5,4 triliun di tahun 2024, meningkat 26,2 persen dari Rp 4,3 triliun di tahun 2023.

Di luar aspek keuangan, INA terus memperkuat fondasi kelembagaannya. Pada 2024, INA memperoleh peringkat kredit pertamanya dari Fitch Ratings, yakni BBB

(internasional) dan AAA(idn) (domestik), setara dengan peringkat Pemerintah

Indonesia.

Tahun tersebut juga mencatat kemajuan dalam praktik keberlanjutan. Berdasarkan

GSR (Governance, Sustainability, and Resilience) Scoreboard 2024 dari Global SWF,

lembaga internasional yang menilai sovereign wealth fund dari aspek tata kelola,

keberlanjutan, dan ketahanan, INA meraih skor 64 persen, melampaui rata-rata global 53 persen. Baru-baru ini, Global SWF merilis GSR Scoreboard 2025, dan tren positif berlanjut dengan skor INA meningkat menjadi 72 persen. 

sumber : Rilis
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement