REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia terus membuka peluang bisnis dan investasi di tengah ketidakpastian ekonomi global. Salah satunya dilakukan melalui forum internasional, seperti keikutsertaan dalam Cina-ASEAN Business and Investment Summit.
“Cina-ASEAN Forum ini berusaha mengonsolidasi bisnis dan investasi dengan total populasi market sebanyak dua miliar penduduk,” ujar Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia bidang Diplomasi Multilateral, Andi Anzhar Cakra Wijaya, dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin (30/06/2025).
Dalam forum tersebut, Kadin turut mengangkat isu jaminan produk halal sebagai program prioritas. Menurut Andi, pasar halal memiliki potensi ekonomi yang besar, baik untuk pasar domestik maupun global.
“Program jaminan produk halal juga menjadi program prioritas Kadin Indonesia untuk menjadikan produk-produk dari dan ke pasar Cina lebih terjamin kehalalan produknya,” kata Andi yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Umum ICMI bidang Politik, Hukum, dan Hubungan Luar Negeri.
Di sektor investasi, Andi menyebut potensi kerja sama melalui business matching mencapai 2,7 miliar dolar AS. Selain itu, inisiatif Nanning dinilai akan memperkuat konektivitas rantai pasok regional.
Dalam aspek hukum dan perdagangan, Andi menekankan pentingnya pusat arbitrase dagang guna meningkatkan kepastian hukum bisnis. Ia juga menyebut proses integrasi dan kebijakan melalui Free Trade Agreement (FTA) 3.0 akan didukung oleh analisis dan pelaporan resmi.
“Sejumlah dampak Cina-ASEAN Business and Investment Summit untuk Indonesia dan ASEAN. Pertama, akses pasar lebih besar untuk produk pertanian, manufaktur, dan digital,” ucapnya.
Ia menambahkan, forum tersebut juga mendorong perlindungan yang lebih baik bagi investor ASEAN di Cina dan sebaliknya, serta meningkatkan daya saing UMKM lewat fasilitasi ekspor digital.
“Terakhir, terciptanya harmonisasi prosedur bea cukai, sertifikasi, dan keamanan siber lintas-batas,” kata Andi.