Jumat 20 Jun 2025 16:55 WIB

BI Tahan Suku Bunga, BCA Syariah Fokus Genjot Pembiayaan Emas dan KPR

Stabilitas suku bunga dinilai jadi motor pertumbuhan ekonomi syariah.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Gita Amanda
PT Bank BCA Syariah menyatakan dukungannya terhadap keputusan Bank Indonesia (BI) yang mempertahankan suku bunga acuan (BI-Rate). (ilustrasi)
Foto: Dok Republika
PT Bank BCA Syariah menyatakan dukungannya terhadap keputusan Bank Indonesia (BI) yang mempertahankan suku bunga acuan (BI-Rate). (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank BCA Syariah menyatakan dukungannya terhadap keputusan Bank Indonesia (BI) yang mempertahankan suku bunga acuan (BI-Rate) di level 5,5 persen. Kebijakan ini dinilai tepat di tengah tekanan eksternal dan meningkatnya ketegangan geopolitik global.

“Di tengah ketidakpastian perekonomian global dan meningkatnya ketegangan geopolitik saat ini, keputusan BI untuk menjaga suku bunga di level 5,5 persen diharapkan mampu menjaga stabilitas perekonomian Indonesia,” ujar Direktur BCA Syariah, Pranata, kepada Republika, Jumat (20/6/2025).

Baca Juga

Ia menilai bahwa stabilitas suku bunga dapat menjadi motor penggerak ekonomi. “Kami sangat mendukung kebijakan pemerintah menjaga suku bunga tetap stabil atau menurun, sehingga diharapkan dapat menjadi stimulus bagi pertumbuhan ekonomi,” katanya.

BCA Syariah optimistis pembiayaan akan tetap tumbuh, terutama di segmen konsumer. “BCA Syariah tetap optimistis bahwa pertumbuhan akan terus berlanjut, dengan tetap menyalurkan pembiayaan ke semua sektor. Fokus kami saat ini adalah pembiayaan konsumer seperti emas, KPR, dan KKB iB,” ujar Pranata.

Selain itu, BCA Syariah juga memperkuat pembiayaan kepada nasabah eksisting melalui skema rantai pasok. “Kami terus melakukan pendalaman kepada nasabah eksisting melalui pembiayaan rantai pasok, sambil terus mencari peluang bisnis di sektor industri yang tengah tumbuh saat ini,” jelasnya.

Untuk menjaga kualitas pembiayaan, BCA Syariah tetap memegang prinsip kehati-hatian. “Kami tetap mengedepankan prinsip kehati-hatian dalam setiap penyaluran pembiayaan,” tegasnya.

Sebelumnya, BI dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang digelar pada 17–18 Juni 2025 memutuskan untuk menahan BI-Rate di level 5,5 persen. Suku bunga deposit facility tetap di 4,75 persen dan lending facility di 6,25 persen.

BI menilai kebijakan tersebut konsisten dengan upaya menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan mengendalikan inflasi di tengah ketidakpastian global, termasuk tensi geopolitik dan arah suku bunga The Fed yang belum menentu.

Pengamat mata uang dan komoditas, Ibrahim Assuaibi, menyebut tekanan eksternal masih kuat, terutama akibat ketegangan di Timur Tengah dan prospek fiskal Amerika Serikat.

“Indonesia tak bisa mengendalikan arah angin global, tetapi Indonesia bisa memperkuat layar ekonomi nasional agar tetap melaju menuju tujuan pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan,” ujar Ibrahim.

Ia menilai pemerintah perlu mengelola risiko dengan disiplin serta memperkuat ketahanan sektor strategis. Fokus utama mencakup stabilisasi nilai tukar, pengelolaan utang, serta penguatan ketahanan pangan dan energi agar tekanan global tidak berdampak pada stabilitas sosial.

Pada perdagangan sore ini, rupiah ditutup menguat sembilan poin ke level Rp 16.396 per dolar AS. Senin depan, rupiah diprediksi bergerak fluktuatif di kisaran Rp 16.350–Rp 16.400.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement