REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) resmi meluncurkan Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Syariah Indonesia (KEKSI) 2023 pada Senin (26/2/2024). Berdasarkan laporan tersebut, kinerja sektor unggulan halal value chain (HVC) tumbuh sebesar 3,93 persen secara tahunan dan menopang hampir 23 persen dari ekonomi nasional.
Secara berurut dikontribusikan oleh sektor pertanian dan makanan dan minuman halal, pariwisata ramah muslim (PRM), dan fesyen muslim. Dikutip dari Buku KEKSI 2023, kinerja sektor fesyen muslim tercatat cenderung tertahan sejalan dengan tren perlambatan kinerja fesyen dunia.
Sektor fesyen muslim pada 2023, mencatatkan pertumbuhan minus 1,69 persen secara tahunan. Capaian tersebut berbeda dengan 2022 yang mampu tumbuh tinggi mencapai 9,34 persen secara tahunan.
Hal tersebut sejalan dengan kecenderungan fesyen dunia yang menurun pada 2023, terutama di Amerika Serikat, Eropa, dan China. Sebagaimana dilaporkan dalam The State of Fashion McKinsey, perlambatan fesyen dunia akibat permintaan yang tidak terlalu kuat terutama untuk luxury fashion di tengah melemahnya pertumbuhan ekonomi global.
Transaksi fesyen muslim melalui e-commerce di Indonesia juga tumbuh tidak terlalu kuat di sepanjang 2023. Terlebih lagi, sektor fesyen muslim domestik masih mendapatkan tantangan atas makin gencarnya serbuan produk impor, baik berupa barang jadi maupun bahan baku fesyen.
Berbagai produk seperti mukena, kain ihrom, serta alat sholat seperti sajadah dan tasbih sebagian besar masih diimpor dari China dan negara OKI lainnya. Hal tersebut membuat pengembangan sektor fesyen muslim yang mendukung substitusi impor, baik di sisi hulu maupun hilir masih perlu menjadi fokus utama pengembangan ekonomi syariah ke depan.