Ahad 10 Dec 2023 19:31 WIB

Nilam, Ekspor Unggulan Aceh yang Sangat Disukai Eropa

Nilam terbaik ada di Aceh.

Petani merawat tanaman nilam (Pogostemon Cablin Benth) budidayanya di kawasan perkebunan komplek dayah Ar-Raudhatul Mustafawiyah Desa Cot Darat, Samatiga, Aceh Barat, Aceh, Rabu (22/2/2023). Seiring meningkatnya harga jual minyak nilam (minyak atsiri) dari Rp500 ribu per kilogram naik menjadi Rp550 ribu sampai Rp580 ribu per kilogram, minat masyarakat untuk budidaya tanaman nilam kembali meningkat karena selain untuk meningkatkan perekonomian juga memiliki potensi nilai ekonomi tinggi sebagai salah satu komoditas ekspor.
Foto: Antara/Syifa Yulinnas
Petani merawat tanaman nilam (Pogostemon Cablin Benth) budidayanya di kawasan perkebunan komplek dayah Ar-Raudhatul Mustafawiyah Desa Cot Darat, Samatiga, Aceh Barat, Aceh, Rabu (22/2/2023). Seiring meningkatnya harga jual minyak nilam (minyak atsiri) dari Rp500 ribu per kilogram naik menjadi Rp550 ribu sampai Rp580 ribu per kilogram, minat masyarakat untuk budidaya tanaman nilam kembali meningkat karena selain untuk meningkatkan perekonomian juga memiliki potensi nilai ekonomi tinggi sebagai salah satu komoditas ekspor.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilam adalah salah satu produk ekspor unggulan Aceh yang disukai dunia. Kualitas nilam asal Indonesia memang terkenal sebagai yang terbaik untuk campuran parfum. Ini membuat industri nilam digencarkan untuk tujuan ekspor.

Terbaru, Koperasi Produsen Inovasi Nilam Aceh (Inovac) yang bersinergi dengan PT Nat' Green membentuk anak usaha PT UGreen Aromatics International (UGreen) mengekspor 1,2 ton bahan baku pembuatan parfum minyak nilam dan biji pala senilai Rp 1 miliar ke Prancis.

Baca Juga

Pelepasan ekspor minyak nilam dan biji pala tersebut diresmikan oleh Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki di Universitas Syiah Kuala (USK), Aceh.

“Koperasi secara rutin yakni tiga bulan sekali mengekspor minyak nilam ke Prancis. Kapasitas di tingkat petani baru mampu memproduksi sebanyak 1 ton minyak nilam, dan itu hanya baru dipasok dari petani yang ada di Gayo. Sementara petani di wilayah lain juga belum mampu mencukupi," kata Ketua Koperasi Inovac Nadia dalam keterangan di Jakarta, Ahad (10/12/2023).

Nadia menuturkan permintaan bahan baku ke Prancis sebanyak 6 ton. Namun produksi petani yang tergabung di Koperasi Inovac belum mampu memenuhi lantaran sebagian besar petani masih kekurangan modal untuk penanaman nilam.

Untuk itu pihaknya berharap Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop UKM) melalui Lembaga Penyalur Dana Bergulir (LPDB)-KUMKM, membantu dari sisi pembiayaan ke petani supaya kebutuhan ekspor minyak nilam ke Prancis bisa terpenuhi.

Meski baru terbentuk pada 2019, Koperasi Inovac mampu meraih omzet hingga Rp200 juta per bulan yang diperoleh dari penjualan minyak nilam, biji pala hingga atsiri, maupun produk turunan mulai dari parfum, minyak atsiri, body butter, body mist, dan lainnya.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Atsiri Research Center (ARC) Syaifullah Muhammad mengatakan ARC sebagai lembaga riset dan pengembangan. Termasuk turut memberikan pelatihan dan bimbingan kepada Koperasi Inovac untuk pengelolaan minyak nilam hingga melahirkan beberapa produk turunannya.

Menurut Syaifullah, dalam beberapa tahun terakhir industri nilam di Aceh hampir punah. Bahkan yang tadinya dari market nasional mencapai 55 persen turun menjadi 35 persen secara keseluruhan.

"Karena memang minyak nilam terbaik itu ada di Aceh. Dengan kenyataan ini, maka kami mengintervensi dengan inovasi dan mengajarkannya kepada masyarakat. Mulai dari pembibitan hingga penyulingan minyak nilam, serta membentuk ekosistemnya dengan membentuk koperasi bersama USK," ungkapnya.

Lebih lanjut Syaifullah menjelaskan bahwa bahan baku minyak nilam yang diekspor dari Aceh memiliki kualitas terbaik. Sehingga tak heran industri parfum di Prancis memakai bahan tersebut. Bahkan, lanjutnya, minyak nilam tak hanya diolah menjadi parfum tetapi juga produk kosmetik hingga kesehatan (farmasi), karena memiliki kandungan anti-aging di dalamnya.

"Saat ini kami bersama Koperasi Inovac tak hanya mengirim bahan baku untuk ekspor, tetapi juga mengolah dan memproduksinya sendiri. Dari setiap produksi minyak nilam, selalu kami sisihkan sebesar 20 persen produksi untuk dalam negeri dan 80 persennya dibawa ke pasar ekspor. Sekitar 30 produk telah kami hasilkan untuk pasar domestik," katanya.

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement