REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Departemen Ekonomi dan Pariwisata Dubai (DET) berusaha mengubah citra negara Timur Tengah itu dari destinasi pariwisata mahal menjadi ramah untuk para wisatawan backpaker yang biasa pelesir dengan anggaran ketat.
Senior Manager of International Operation DET Shahab Shayan saat acara temu media di Jakarta, Selasa (3/10/2023) menekankan bahwa Dubai juga sangat terbuka menyambut para pelancong backpacker
"Sebelumnya, ada citra bahwa Dubai adalah tentang hotel bintang lima mewah, dan itu adalah mispersepsi yang sebetulnya ingin kami luruskan," kata Shahab.
Dubai, kata Shahab, menyediakan berbagai opsi destinasi wisata dengan rentang yang begitu luas, mulai dari pengalaman sarat kemewahan maupun pelesir taat anggaran ketat. Dubai, Shahab melanjutkan, bukan semata tentang gedung tertinggi, hotel yang mewah, atau benteng bersejarah di kawasan Kota Tua Al Fahidi.
"Kami ingin menyodorkan, bahwa kami punya banyak opsi, itu yang terpenting. Kami punya dari A, B, hingga Z, dan silakan pilih bagaimana Anda menikmati pengalaman di Dubai," kata dia.
Bagi kalangan awam, Dubai memang identik dengan Burj Khalifa sang gedung tertinggi di dunia ataupun resor mewah Atlantis yang berada di atas kompleks pulau reklamasi. Namun, Shahab menegaskan bahwa portofolio di sana pariwisata begitu beragam dan bisa dinikmati berbagai segmen termasuk para pelancong backpacker.
"Sekarang semua kembali bagaimana pengunjung menempatkan prioritas mereka dalam mengenyam pengalaman," ujar Shahab.
Sepanjang Januari-Juli 2023, Dubai telah mencatatkan angka kunjungan sebanyak 9,83 juta wisatawan, melampaui jumlah pada periode yang sama pada 2019 atau sebelum pandemi.