REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar keuangan syariah yang juga Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) periode 2012-2017 Muliaman D Hadad menyebut penguatan ekosistem keuangan syariah perlu didorong melalui kolaborasi seluruh stakeholders.
Ekosistem keuangan syariah menurutnya luar biasa besar, mencakup keuangan komersial dan sosial syariah, industri halal, komunitas dunia usaha, hingga ekosistem pendukung ekonomi syariah.
“Ekosistem yang saya maksud ini bukan hanya keuangan syariah tapi semua stakeholders atau partisipan yang masuk di dalam sistem ekonomi syariah. Ini menjadi bagian dari ekosistem yang harus diakselerasi kemajuannya,” ujar Komisaris Utama BSI ini dalam kuliah umum yang dilangsungkan di Departemen Ilmu Ekonomi Islam dan Bisnis Islam, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (UI), Kamis (31/8/2023).
Dengan demikian, kata dia, penetrasi keuangan syariah nasional yang masih sekitar 7 persen dapat ditingkatkan. Sebab, melalui penguatan ekosistem akan memberikan dampak yang luar biasa terhadap dorongan pertumbuhan dan penetrasi yang sangat tinggi.
Hadir dalam kesempatan yang sama, Dekan FEB UI Teguh Dartanto menambahkan upaya penguatan ekosistem syariah tak terlepas dari potensi ekonomi dan keuangan syariah yang besar di Indonesia. Penetrasi keuangan syariah nasional masih sekitar 7 persen selama 5 tahun terakhir.
Untuk itu, menurutnya, ruang pertumbuhan yang dimiliki keuangan syariah masih luas. Mengingat negara ini berpenduduk mayoritas muslim atau sekitar 86,7 persen dari total populasi sekitar 270 juta jiwa.
“Dunia pendidikan mencetak talenta-talenta berkualitas, kami tidak bisa sendiri. Membutuhkan support dari dunia industri. Agar lulusan kami ada link and match. Dan pendidikan, pengajaran kami juga ada link and match antara dunia teori sama dunia praktek ini yang menurut saya adalah hal yang sangat penting sekali bagaimana kolaborasi antara dunia pendidikan dan dunia industri,” tuturnya.
Selain itu, untuk mengakselerasi kemajuan ekonomi dan keuangan syariah dengan ekosistem yang kuat, kolaborasi pun harus dilakukan dengan pemangku kebijakan serta masyarakat luas, bahkan organisasi internasional. Untuk itu, lanjut Teguh, FEB UI selalu mengupayakan menghadirkan dosen tamu dari kalangan praktisi dalam kegiatan perkuliahan.
Ke depan, pihaknya pun terus mengupayakan case study dari dunia bisnis. Dia mencontohkan keberhasilan merger BSI yang diproyeksikan menjadi lokomotif keuangan dan ekonomi syariah nasional serta berperan di tataran global.
Merger BSI harus dikaji secara ilmiah dan dijadikan bahan pembelajaran.
"Kami punya CELEB, Center for Education and Learning in Economy and Business yang fokus memproduksi case study di Indonesia. Kami ingin mendiseminasikan hasil-hasil dari case study itu untuk seluruh mahasiswa atau seluruh sekolah ekonomi bisnis di Indonesia," katanya.
Diharapkan ekonomi dan keuangan syariah dapat saling melengkapi dengan sistem konvensional dalam memperkuat perekonomian Indonesia. Dalam konteks Indonesia, menurutnya, kedua-duanya bukan harus saling berkompetisi atau substitusi, melainkan menjadi komplementer.
"Dengan demikian, kita dapat memajukan dan membangun ekosistem bersama-sama mencetak talenta-talenta muda untuk Indonesia di masa depan," ujarnya.