Jumat 14 Apr 2023 14:03 WIB

Kinerja Perbankan Syariah di Jabar Moncer, Bahkan Salip Konvensional

Non Performing Finance (NPF) yang masih terjaga sebesar 3,08 persen.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Lida Puspaningtyas
Unit Usaha Syariah (UUS) Maybank Indonesia (ilustrasi)
Foto: Istimewa
Unit Usaha Syariah (UUS) Maybank Indonesia (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat pertumbuhan kinerja keuangan syariah di Jawa Barat terus mengalami pertumbuhan positif. Menurut Kepala OJK Regional 2 Jawa Barat, Indarto Budiwitono, pembiayaan Perbankan Syariah di Februari 2023 tumbuh lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan Kredit Perbankan Konvensional. Yakni, pembiayaan Bank Umum Syariah yang bertumbuh 13,94 persen (yoy), Unit Usaha Syariah 12,2 persen dan BPR Syariah 21,9 persen.

Indarto menjelaskan, porsi pembiayaan Perbankan Syariah dibandingkan total pembiayaan atau kredit Perbankan Jawa Barat terus mengalami peningkatan bahkan di masa pandemi. Hal tersebut, tercermin dari peningkatan share dari tahun 2018 sampai 2023 (Februari) masing-masing sebesar 8,4 persen, 8,7 persen, 9,1 persen, 9,3 persen, 9,4 persen, 10,1 persen dan 10,4 persen.

Baca Juga

Untuk risiko pembiayaan bermasalah atau Non Performing Finance (NPF) yang masih terjaga sebesar 3,08 persen.

"Perbankan syariah diproyeksikan akan terus menunjukkan pertumbuhan positif, meskipun masih terdapat beberapa isu strategis serta tantangan yang masih perlu diselesaikan," ujar Indarto, di Bandung, Kamis malam (13/4/2023).

Menurut Indarto, berdasarkan Kajian Transformasi Perbankan Syariah yang disusun Otoritas Jasa Keuangan (OJK), terdapat beberapa isu strategis yang masih menghambat akselerasi pertumbuhan bisnis perbankan syariah. Antara lain belum adanya diferensiasi model bisnis yang signifikan, kualitas, dan kuantitas SDM yang kurang optimal serta rendahnya tingkat literasi dan inklusi keuangan syariah.

Berdasarkan hasil Survey Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) OJK Tahun 2022, kata dia, menunjukkan tingkat literasi dan tingkat inklusi keuangan syariah nasional berturut-turut sebesar 9,14 dan 12,12 persen. Sementara di Jawa Barat, tingkat literasi dan tingkat inklusi keuangan syariah berturut-turut sebesar 19,74 persen dan 23,38 persen.

Meskipun, kata dia, indeks literasi dan jumlah pengguna produk dan layanan keuangan syariah di Jawa Barat lebih besar dari indeks Nasional tapi harus terus  diupayakan untuk peningkatan yang lebih tinggi lagi. Mengingat dengan tingkat inklusi keuangan saat ini sebesar 23 persen, artinya baru 23 dari 100 masyarakat Jawa Barat yang mengakses produk keuangan syariah.

"Dengan kinerja Perbankan Syariah yang terus bertumbuh dan disertai dengan upaya-upaya literasi keuangan syariah kepada masyarakat dengan bersinergi dengan seluruh stakeholders terkait, kami optimis inklusi keuangan syariah akan turut meningkat," papar Indarto.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement