Rabu 08 Mar 2023 02:55 WIB

Mewujudkan Indonesia Sebagai Kiblat Modest Fashion Lewat Kolaborasi

Ironisnya Indonesia sebagai eksportir tekstil tapi informasi tak sampai ke produsen.

Pengunjung memilah busana yang dijajakan di salah satu stan pameran busana Muslim pada gelaran Muslim Fashion Festival (MUFFEST+) 2023 di The Westin Jakarta, Selasa (7/3/2023). Direktur Pengembangan Ekspor Jasa dan Produk Kreatif Kementerian Perdagangan Miftah Farid mengatakan Kementerian Perdagangan (Kemendag) ingin membuat koneksi antara desainer dengan industri tekstil dan produk tekstil (TPT) untuk mewujudkan Indonesia sebagai kiblat modest fashion atau gaya berbusana sopan.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Pengunjung memilah busana yang dijajakan di salah satu stan pameran busana Muslim pada gelaran Muslim Fashion Festival (MUFFEST+) 2023 di The Westin Jakarta, Selasa (7/3/2023). Direktur Pengembangan Ekspor Jasa dan Produk Kreatif Kementerian Perdagangan Miftah Farid mengatakan Kementerian Perdagangan (Kemendag) ingin membuat koneksi antara desainer dengan industri tekstil dan produk tekstil (TPT) untuk mewujudkan Indonesia sebagai kiblat modest fashion atau gaya berbusana sopan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Pengembangan Ekspor Jasa dan Produk Kreatif Kementerian Perdagangan Miftah Farid mengatakan Kementerian Perdagangan (Kemendag) ingin membuat koneksi antara desainer dengan industri tekstil dan produk tekstil (TPT) untuk mewujudkan Indonesia sebagai kiblat modest fashion atau gaya berbusana sopan.

"Yang ingin Kemendag lakukan adalah bagaimana ekspor tumbuh tapi juga bisa memberikan efek berganda dalam internal industri TPT," ucapnya dalam konferensi pers Opening Muffest+ 2023 di Jakarta, Selasa (7/3/2023).

Baca Juga

Miftah mengatakan, salah satu hal yang masih menjadi persoalan Indonesia saat belum bisa menjadi kiblat modest fashion adalah kebanyakan desainer kesulitan mendapatkan informasi bagaimana mendapatkan suplai tekstil dan tidak mengetahui apa yang diproduksi industri tekstil, sehingga tak jarang masih melakukan impor bahan kain.

Hal itu menurutnya sangat fundamental dan bisa mengurangi pemasukan domestik karena pemain industri tekstilnya tidak berasal dari Indonesia.

"Ini satu hal yang ironis dimana Indonesia sebagai eksportir tekstil dan garmen tapi informasinya tidak sampai ke produsen untuk fesyen, ini yang kita ingin koneksikan industri TPT dengan industri fesyen itu sendiri," ucap Miftah.

Selain itu, Kemendag juga ingin menyempurnakan koneksi ekosistem rantai pasok agar desainer bisa mendapatkan kain yang kompetitif dari UMKM dan produknya bisa membantu UMKM berkembang lebih luas lagi.

Kemendag juga ingin menyasar pembeli dari luar negeri agar ekosistemnya berjalan sempurna dan sehat. Salah satu upayanya adalah dengan menggelar Jakarta Muslim Fashion Week 2023 yang memanfaatkan internasional buyer agar bisa mengakselerasi Indonesia menjadi trensetter dan modest fashion 2024.

"Kita ingin memanfaatkan crowd internasional buyer dari teman-teman atase perdagangan, dan Indonesia pusat produsen yang ada di 46 kota untuk juga bisa menyaksikan presentasi dari Indonesia modest fashion, itu cita-cita dari Kemendag," ucapnya.

Miftah mengatakan Indonesia sebenarnya mempunyai kapabilitas untuk menyuplai pasar busana dalam partai besar, karena tercatat Indonesia menjadi sumber impor nomor satu untuk pasar pakaian di Amerika Serikat. Maka itu, posisi Indonesia dinilainya sangat kuat sebagai suplier industri tekstil dunia terutama untuk pasar fesyen siap pakai.

"Sebetulnya Indonesia punya kemampuan untuk bisa menyuplai pasar-pasar selain AS, termasuk pasar untuk modest fashion, yang dikenal oleh pasar busana sekarang untuk Indonesia adalah untuk busana siap pakai," ucapnya.

Ia berharap dengan adanya gelaran Muffest+ 2023 Road to In2motionfest ini bisa mewujudkan cita-cita dan arahan Presiden dan Wakil Presiden agar Indonesia menjadi kiblat modest fashion khususnya fashion Muslim dunia.

 

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement