REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) mencatat pertumbuhan signifikan pada bisnis emasnya, yang mendorong kenaikan fee based income (FBI) hingga 34,33 persen year on year (yoy) per Juli 2025. Corporate Secretary BSI, Wisnu Sunandar, mengatakan emas masih menjadi investasi yang digemari masyarakat sejalan sifatnya sebagai safe haven, mudah diakses, dan tahan terhadap inflasi.
“Untuk itu, kami terus mendorong inovasi investasi emas melalui BSI Emas, Cicil Emas, Gadai Emas, dan BSI Gold,” ujarnya, Rabu (10/9/2025).
Bisnis emas BSI resmi diluncurkan Presiden RI Prabowo Subianto pada 26 Februari 2025. Layanan ini kini telah menembus 1 ton emas. Lonjakan saldo BSI Emas dalam gramase mencapai 110 persen year to date (Desember–Juni 2025), sementara transaksi pembelian emas melalui BYOND meningkat 191 persen YTD.
Menurut Wisnu, inovasi ini tidak hanya memperkuat pembiayaan, tetapi juga mendorong pertumbuhan FBI. Capaian ini ditopang tiga segmen utama yang memberikan kontribusi besar terhadap pertumbuhan FBI. “Yakni bisnis emas, treasury, dan e-channel. Bisnis emas membukukan pertumbuhan di atas 60 persen, treasury dan e-channel masing-masing membukukan pertumbuhan 30 dan 20-an persen,” katanya.
BSI, lanjut Wisnu, terus menggali potensi bisnis yang sehat dan berkelanjutan, serta menghadirkan inovasi layanan dan produk optimal bagi nasabah. BSI juga memiliki beberapa produk dengan unique value proposition terutama terkait syariah. Dua layanan unggulan bank syariah yakni bisnis emas dan haji.
“Untuk menjaga performa bisnis ini, BSI terus mengembangkan Islamic ecosystem mulai dari hulu hingga hilir dan merangkum dalam close loop ecosystem end to end, mulai dari pendanaan, pembiayaan, hingga transaksi melalui BSI. Harapannya, ekosistem bisnis ini akan mendorong FBI. Kami bersyukur pemilihan bisnis yang tepat saat ini membantu mendorong kinerja perusahaan,” ujar Wisnu.