REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rencana pendirian Bank Syariah Muhammadiyah (BSM) dinilai menjanjikan, tetapi menyimpan tantangan dari sisi likuiditas dan konsolidasi internal.
Dosen Prodi Bisnis Islam FEB UI dan Peneliti Pusat Ekonomi dan Bisnis Syariah UI Ronald Rulindo mengingatkan agar Muhammadiyah tak hanya mengandalkan semangat, tapi juga mempersiapkan rencana darurat bila rencana tak berjalan mulus.
“Prospek perbankan syariah masih bagus walaupun hype-nya sudah berkurang jauh setelah Kiai Ma’ruf tidak lagi menjadi wapres. Tapi kalau Muhammadiyah mau bikin bank, keuntungannya ya sudah jelas, mereka sudah punya target pasar yang spesifik,” ujar Ronald yang juga merupakan Direktur Bidang Inovasi Produk, Pendalaman Pasar, dan Pengembangan Infrastruktur Sistem Keuangan KNEKS kepada Republika, Ahad (6/7/2025).
Ia menilai model close loop seperti yang dirancang Muhammadiyah memang efektif, tetapi belum cukup untuk menjamin keberlanjutan. Menurutnya, persoalan utama justru pada sisi likuiditas.
Ronald mengingatkan, meskipun aset Muhammadiyah besar, sebagian besar berupa aset fisik yang tidak mudah dikonversi menjadi dana segar.
“Dana dari luar tetap perlu. Uang Muhammadiyah memang banyak. Tapi nggak likuid,” katanya.