REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Wakil Kepala Center for Sharia Economic Development (CSED) Indef Handi Riszamenyoroti peran strategis Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) dalam mengelola aset negara yang diproyeksikan mencapai Rp 8.938 triliun atau sekitar 604 miliar dolar AS. Menurutnya, dengan angka jumbo tersebut, Danantara berpotensi mampu menarik investor global, terutama dari Timur Tengah.
“Danantara dapat dimanfaatkan untuk menerbitkan instrumen investasi syariah, sehingga dapat menarik investor muslim internasional, khususnya yang berasal dari kawasan Timur Tengah,” kata Handi dalam diskusi ‘Overview Ekonomi Ramadhan’ dikutip dalam keterangannya, Senin (24/3/2025).
Handi mengatakan, salah satu langkah yang bisa diambil oleh Danantara adalah dengan terlibat dalam penerbitan sukuk yang dapat masuk ke dalam market share keuangan syariah global, yang menarik investor muslim internasional.
“Beberapa sektor ekonomi syariah yang potensial didanai oleh Danantara adalah halal food (proyeksi 2027 1,89 triliun dolar AS), modest fashion (proyeksi 2027 318 miliar dolar AS), media and recreation (proyeksi 2027 247 miliar dolar AS),“ terangnya.
Handi menerangkan, industri keuangan syariah global terus mengalami pertumbuhan stabil dalam satu dekade terakhir. Hal itu didorong oleh permintaan yang tinggi dari konsumen Muslim, terutama di sektor makanan halal yang mencapai 1.400 miliar dolar AS atau 65 persen dari total transaksi Muslim.
Total aset keuangan syariah global meningkat pesat, mencapai 4,5 triliun dolar AS pada 2022, dengan proyeksi pertumbuhan hingga 7,53 triliun dolar AS pada 2028. Perbankan syariah mendominasi sektor ini dengan porsi 72 persen dari total aset. Sementara suku mencatat pertumbuhan signifikan sebesar 11 persen pada tahun 2022.