REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Center for Sharia Economic Development (CSED) INDEF Nur Hidayah menyoroti peran penting filantropi Islam dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia. Namun, Hidayah mengungkapkan realisasi potensi zakat, infak, sedekah, dan wakaf (Ziswaf) masih jauh dari harapan.
"Filantropi Islam lewat Ziswaf punya potensi besar, tapi realisasinya masih jauh. Ketimpangan ekonomi dan inefisiensi pengelolaan masih menjadi pekerjaan rumah bagi filantropi Islam," ujar Hidayah saat diskusi publik bertema "Overview Ekonomi Ramadhan" di Jakarta, Jumat (21/3/2025).
Hidayah menyoroti paradoks dalam ekonomi syariah di Indonesia yang dikenal sebagai salah satu negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, dengan proyeksi mencapai 244,7 juta jiwa dari total 281 juta penduduk pada 2025. Namun, ucap dia, ekonomi syariah Indonesia masih cukup tertinggal.
"Misalnya, pangsa pasar perbankan syariah yang masih berkisar tujuh persen hingga delapan persen setelah 30 tahun berkembang," lanjut Hidayah.
Dalam sektor zakat, meskipun penghimpunan terus meningkat setiap tahun, jumlahnya masih jauh dari potensi yang diperkirakan mencapai Rp 327 triliun. Hidayah menyampaikan wakaf uang memang menunjukkan tren peningkatan, dengan perolehan Rp 1,4 triliun per Maret 2024, lebih besar dibandingkan periode 2018-2021 yang hanya Rp 885 miliar.
"Namun, angka ini masih jauh dari potensi wakaf uang yang ditaksir Rp 180 triliun per tahun," sambung Hidayah.
Di tengah besarnya potensi Ziswaf sebagai pilar keuangan sosial syariah, Hidayah sampaikan, tingkat kemiskinan di Indonesia masih tinggi. Hidayah menyampaikan persentase penduduk miskin pada September 2024 sebesar 8,57 persen atau sekitar 24,06 juta orang.
"Kemiskinan tidak hanya disebabkan oleh keterbatasan ekonomi, tetapi juga mencakup aspek sikap, perilaku, kesehatan, dan pendidikan," ujar dia.
Hidayah juga menyoroti ketimpangan ekonomi yang semakin melebar. Gini Ratio Indonesia pada September 2024 tercatat sebesar 0,381, meningkat dari 0,379 pada Maret 2024 yang menunjukkan ketidakmerataan pendapatan masih menjadi tantangan besar. Sebagai solusi, ia menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam mengentaskan kemiskinan.
"Lembaga-lembaga filantropi Islam seperti BAZNAS dan LAZ perlu menginisiasi program pemberdayaan yang kreatif dan berdampak langsung. Dengan pengelolaan yang lebih baik, Ziswaf bisa menjadi mesin pertumbuhan yang lebih efektif dalam ekonomi syariah Indonesia," kata Hidayah.