Sabtu 08 Mar 2025 12:17 WIB

Wardah Manfaatkan Momentum Boikot, Perkuat Posisi di Pasar Kosmetik Halal  

Wardah,memanfaatkan momentum ini dengan memperkuat strategi branding.

Rep: Dian Fath Risalah./ Red: Gita Amanda
Wardah sebagai brand kosmetik halal yang tidak hanya menawarkan kualitas, tetapi juga selaras dengan prinsip moral konsumennya.  (ilustrasi)
Foto: Tangkapan layar
Wardah sebagai brand kosmetik halal yang tidak hanya menawarkan kualitas, tetapi juga selaras dengan prinsip moral konsumennya. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kesadaran konsumen Muslim terhadap nilai-nilai keislaman dan kepedulian sosial semakin meningkat. Tren ini turut mengukuhkan Wardah sebagai brand kosmetik halal yang tidak hanya menawarkan kualitas, tetapi juga selaras dengan prinsip moral konsumennya.  

Global Halal Beauty Brand Development Group Head Paragon Alif Kartika mengungkapkan momen penting bagi Wardah terjadi pada 2009, saat tren hijab mulai berkembang pesat di Indonesia. “Saat itu, hijab belum memiliki representasi yang kuat di industri kecantikan. Wardah melihat peluang ini dengan membangun komunitas dan menggerakkan masyarakat untuk mengekspresikan halal lifestyle. Hijab itu bisa keren, dan kami ingin mendukung perempuan Muslim dalam menampilkan kecantikan mereka sesuai dengan nilai-nilai Islam,” ujarnya dalam Indonesia Muslim Market Outlook (IMMO) 2025 yang diselenggarakan oleh Inventure-Rumah Zakat di Jakarta, Kamis (6/3/2025) lalu.  

Baca Juga

Untuk memperkuat identitasnya, Wardah melakukan rebranding besar-besaran pada 2009, mulai dari komunikasi visual, desain kemasan, hingga inovasi formulasi produk agar lebih relevan dengan kebutuhan konsumen Muslim. Strategi ini sukses menjadikan Wardah sebagai brand kecantikan halal yang modern dan terpercaya.  

Selain fokus pada kualitas produk, Wardah juga mengedepankan prinsip keberlanjutan (sustainability). Konsep ini mencakup aspek lingkungan, sosial, dan tata kelola yang baik atau ESG (Environmental, Social, and Governance), yang menjadi bagian integral dari pengembangan bisnis Wardah.  

Tren boikot terhadap brand global yang dianggap pro-Israel semakin meluas di Indonesia. Pergeseran perilaku konsumen menunjukkan masyarakat kini tidak hanya mempertimbangkan kualitas dan harga produk, tetapi juga keselarasan brand dengan nilai kemanusiaan dan solidaritas terhadap Palestina.  

Berdasarkan riset terbaru dari Inventure, 92 persen konsumen Indonesia menyatakan kesiapan mereka untuk meninggalkan produk kecantikan global yang tidak sejalan dengan nilai moral mereka. Kondisi ini menciptakan peluang besar bagi brand lokal seperti Wardah untuk memperkuat posisinya di pasar domestik maupun internasional.

Paragon, sebagai induk perusahaan Wardah, memanfaatkan momentum ini dengan memperkuat strategi branding dan meningkatkan loyalitas pelanggan. Konsumen semakin sadar akan pentingnya mendukung brand yang tidak hanya menawarkan kualitas tinggi, tetapi juga memiliki kepedulian sosial.   

Dengan terus berinovasi dan mempertahankan komitmennya terhadap produk halal serta keberlanjutan, Wardah tidak hanya menjadi pilihan utama bagi konsumen Muslim di Indonesia, tetapi juga berpotensi menjadi brand kosmetik halal terdepan di tingkat global.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement