REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk atau BTN resmi mengumumkan langkah akuisisi PT Bank Victoria Syariah sebagai bagian dari strategi spin-off Unit Usaha Syariah (UUS) BTN Syariah menjadi Bank Umum Syariah (BUS). Langkah ini diharapkan dapat memperkuat persaingan di industri perbankan syariah serta mempercepat akselerasi bisnis BTN Syariah di sektor pembiayaan perumahan.
Direktur Utama BTN Nixon Napitupulu menjelaskan, akuisisi ini dilakukan dengan kesepakatan yang telah disetujui berbagai pihak, termasuk Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Kementerian BUMN. “Kami membeli Bank Victoria Syariah dalam kondisi kosong, tanpa kredit dan dana pihak ketiga (DPK). Hanya ada ekuitas dan surat berharga negara. Harganya, skemanya, semuanya sudah disepakati, dan sudah mendapatkan persetujuan dari Menteri BUMN dan OJK,” ujar Nixon beberapa waktu lalu.
Nixon menambahkan, spin-off BTN Syariah akan menjadikannya sebagai pemain utama dalam perbankan syariah dengan fokus pada pembiayaan perumahan. Saat ini, BTN Syariah memiliki aset sekitar Rp 60 triliun dan diproyeksikan meningkat menjadi Rp 100 triliun dalam tiga tahun ke depan.
“Pertumbuhan pembiayaan perumahan syariah di BTN Syariah lebih tinggi dibandingkan induknya, mencapai 17 persen, sementara BTN konvensional hanya tumbuh 10-11 persen,” katanya.
Ia juga menegaskan, kehadiran BTN Syariah sebagai BUS akan memperkaya persaingan di industri perbankan syariah, terutama sebagai pesaing BSI. “Akan ada dua bank BUMN syariah, BTN Syariah dan BSI. Kami fokus di sektor perumahan, sementara BSI memiliki cakupan yang lebih luas. Ini bagus untuk masyarakat, karena layanan menjadi lebih baik, harga lebih kompetitif, dan tidak ada monopoli di industri,” tambah Nixon​
Sebagai bank spesialis pembiayaan perumahan, BTN Syariah telah mendominasi segmen Kredit Pemilikan Rumah (KPR) syariah di Indonesia. Saat ini, sekitar 20-25 persen dari total KPR untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) menggunakan skema syariah. Dengan langkah spin-off ini, BTN Syariah semakin memperkuat posisinya di sektor ini.
BTN Syariah menyediakan pembiayaan perumahan dalam skema subsidi dan nonsubsidi. Untuk segmen MBR, bank ini menawarkan KPR subsidi dengan cicilan ringan berbasis syariah. Sementara untuk segmen menengah ke atas, BTN Syariah memiliki produk KPR nonsubsidi dengan skema pembiayaan yang lebih fleksibel dan kompetitif.
Saat ini, BTN Syariah menguasai 82 persen pangsa pasar KPR syariah di Indonesia dan menargetkan peningkatan hingga 85 persen dalam tiga tahun ke depan. “Kami optimistis bisa memperbesar pangsa pasar KPR syariah, terutama karena kebutuhan rumah terus meningkat dan semakin banyak masyarakat yang memilih skema syariah,” ujar Nixon.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyambut baik langkah spin-off BTN Syariah dan berharap kehadiran bank syariah dengan skala lebih besar dapat meningkatkan daya saing industri. Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae menegaskan industri perbankan syariah saat ini terlalu didominasi oleh satu bank besar, sehingga persaingan menjadi kurang sehat.
“Kami berharap dengan adanya spin-off ini, kompetisi dalam perbankan syariah semakin baik, sehingga masyarakat bisa mendapatkan layanan yang lebih berkualitas dan harga yang lebih kompetitif,” ujarnya.
Senada dengan OJK, Kepala Pusat Ekonomi dan Bisnis Syariah (PEBS) Universitas Indonesia, Rahmatina Awaliah Kasri menilai, keputusan BTN untuk melakukan spin-off melalui akuisisi Bank Victoria Syariah adalah langkah yang cukup tepat. "Pilihan ini lebih baik dibandingkan alternatif lain yang tersedia, meskipun implementasi dan integrasi akan menjadi tantangan tersendiri, terutama dalam menyatukan budaya kerja dan sistem keuangan," katanya.
Rahmatina juga menyoroti keunggulan BTN Syariah dalam sektor pembiayaan perumahan. "BTN Syariah memiliki spesialisasi di sektor perumahan, yang berpotensi menjadikannya lebih unggul dibandingkan bank syariah lainnya di sektor ini. Meski dalam jangka pendek BSI masih sulit disaingi, BTN Syariah bisa menjadi kompetitor kuat di bidang pembiayaan perumahan syariah," jelasnya.
Selain itu, ia menilai langkah ini juga baik untuk meningkatkan persaingan dan pangsa pasar perbankan syariah. “Jika sudah menjadi BUS, tantangan yang mungkin muncul adalah integrasi operasional, permodalan, dan persaingan dengan bank syariah lainnya. Namun, kehadiran BTN Syariah sebagai bank syariah mandiri akan memberikan lebih banyak pilihan bagi masyarakat,” tambahnya.
Spin-off BTN Syariah melalui akuisisi Bank Victoria Syariah merupakan langkah strategis yang akan mempercepat pertumbuhan perbankan syariah, khususnya di sektor pembiayaan perumahan. Dengan aset yang terus bertumbuh dan spesialisasi dalam KPR syariah, BTN Syariah berpotensi menjadi pemain dominan di bidang ini.
Meskipun akuisisi ini tidak serta-merta meningkatkan pangsa pasar industri perbankan syariah secara signifikan, kehadiran BTN Syariah sebagai BUS diharapkan dapat menciptakan persaingan yang lebih sehat. Dengan adanya lebih dari satu bank syariah besar, masyarakat akan mendapatkan manfaat dari layanan yang lebih baik, harga yang lebih kompetitif, dan sistem perbankan syariah yang lebih berkembang.