Senin 29 May 2023 17:37 WIB

Hijra Bank Targetkan Pembiayaan KPR Hingga Rp 100 Miliar

Hijra Bank akan mengembangkan inovasi produk KPR secara digital.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Ahmad Fikri Noor
Co-Founders Hijra Dima A Djani menjadi pembicara dalam acara diskusi tentang Kinerja Hijra Bank dan Potensi Keuangan Syariah Indonesia di Jakarta, Senin (29/5/2023). Sepanjang 2023, PT Bank Perekonomian Rakyat Syariah (BPRS) Hijra Alami akan mulai fokus pada bisnis KPR.
Foto: Republika/Edwin Dwi Putranto
Co-Founders Hijra Dima A Djani menjadi pembicara dalam acara diskusi tentang Kinerja Hijra Bank dan Potensi Keuangan Syariah Indonesia di Jakarta, Senin (29/5/2023). Sepanjang 2023, PT Bank Perekonomian Rakyat Syariah (BPRS) Hijra Alami akan mulai fokus pada bisnis KPR.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sepanjang 2023, PT Bank Perekonomian Rakyat Syariah (BPRS) Hijra Alami akan mulai fokus pada bisnis KPR. Hal itu disampaikan oleh CEO Alami Group dan Co-Founder Hijra Dima A Djani di Jakarta, Senin (29/5/2023).

"Kami masih lihat target (KPR) tahun ini setelah grand launch di second half, harapannya target Rp 100 miliar. Kami ingin melihat prosesnya, kami evaluasi terus dan nanti ketika kami digitalisasi itu sudah end to end," ujar Dima.

Baca Juga

Hijra Bank, lanjut Dima, juga berkomitmen untuk mengembangkan inovasi pada produk KPR Bank Hijra secara digital. Hal ini dilakukan untuk mendorong proses kesepakatan service level agreement (SLA) secara lebih cepat.

Bank Hijra juga akan meluncurkan sejumlah produk yang memiliki keunikan serta berbeda dengan produk KPR pada bank syariah lainnya. Salah satunya adalah melalui pengadaan akad Ijarah Muntahiyah Bittamlik (IMBT) atau rent to own untuk memperluas cakupan bisnis perseroan.

"Selama ini kebanyakan KPR itu buat fixed income earners, tapi kami mungkin dengan skema rent to own bisa menyasar orang-orang freelance untuk bisa menikmati. Jadi itu inovasi seputar industri real estat dan properti,"ungkapnya.

Hingga kuartal IV 2022 Bank Hijra tercatat membukukan himpunan dana pihak ketiga (DPK) tumbuh 220 persen mencapai lebih dari Rp 100 miliar. "Likuiditas dari CASA (current account saving account). Kami juga diskusi dengan beberapa provider yang lebih jangka panjang, jadi itu rencana kami jaga likuiditas. DPK kami juga sudah naik lumayan signifikan dan FDR (financing deposit ratio) kami masih berada di level yang cukup rendah, jadi kami masih ada ruang untuk genjot pembiayaan dan mencapai target bisnis," kata Dima.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement