Sabtu 06 May 2023 22:34 WIB

BKKBN Apresiasi Inisiatif Bantuan Stunting jadi Food Bank di Masjid

Sering kali bantuan uang justru digunakan untuk menambah rokok yang dikonsumsi.

(Ilustrasi pembagian makanan di Masjid).
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
(Ilustrasi pembagian makanan di Masjid).

REPUBLIKA.CO.ID, KULONPROGO -- Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyatakan bahwa kehadiran bank makanan (food bank) berbasis masjid seperti yang ada di Desa Bugel, Kabupaten Kulonprogo, DIY merupakan bukti nyata kuatnya kepedulian masyarakat dalam mengentaskan stunting.

"Sebetulnya poin pentingnya adalah gotong royong. Ini aspirasi masyarakat kita, sifatnya tidak top to bottom, tapi gerakan masyarakat ke atas untuk mengentaskan stunting sampai zero stunting," kata Kepala BKKBN Hasto Wardoyo dalam kunjungannya ke Desa Bugel, Kecamatan Panjatan, Kabupaten Kulonprogo, DI Yogyakarta, Sabtu (6/5/2023).

Hasto menuturkan, selama ini banyak bantuan berupa uang untuk mendongkrak gizi keluarga berisiko stunting. Nyatanya, terkadang bantuan itu tidak tersalurkan sesuai dengan fungsinya, misalnya justru digunakan untuk menambah rokok yang dikonsumsi.

Di sisi lain terdapat pula bantuan langsung berupa makanan, namun dikarenakan adanya keterbatasan dalam keluarga, banyak bantuan tidak diolah dengan baik untuk memenuhi kecukupan gizi anak-anak di rumah. Melalui bank makanan, bantuan akan direalisasikan lebih tepat sasaran karena diberikan oleh masyarakat, untuk masyarakat.

Adapun makanan yang disimpan di bank makanan, tidak sepenuhnya merupakan makanan olahan siap saji seperti lauk pauk, melainkan juga bahan pangan telur atau beras untuk diolah sendiri oleh setiap keluarga sambil mempelajari menu sehat yang diajarkan kader dalam waktu-waktu yang ditentukan.

Dengan dihadirkannya bank makanan di masjid, Hasto menilai asupan gizi anak stunting bisa terkoreksi dengan baik. Sebab selain lokasinya yang strategis untuk memberikan bantuan dari para umat, bank makanan itu juga bisa menyelipkan ajaran baik dari para ulama untuk lebih menghargai dan tidak membuang-buang makanan.

Lebih lanjut jika implementasi bank makanan di Kulonprogo berhasil untuk mengentaskan stunting, maka tidak akan menutup kemungkinan BKKBN akan ikut membangunnya di daerah lain. Termasuk mengajak tempat ibadah lain seperti gereja karena pendekatan yang dijunjung adalah gotong royong.

Hasto berharap kehadiran bank makanan bisa membantu mencapai target angka prevalensi stunting turun jadi 14 persen yang telah ditentukan Presiden Joko Widodo. Serta menekan bayi lahir dengan panjang kurang dari 48 sentimeter.

"Ini adalah simultan dari Dapur Sehat Atasi Stunting (Dashat), kalau food bank seperti di Kulonprogo inj dia sudah lebih maju. Di tempat lain masih berupa Dashat jadi akan saya jadikan percontohan (untuk didorong diterapkan secara nasional)," ujarnya.

Kader Food Bank berbasis Masjid Ubudiyah Desa Bugel, Hartini, mengatakan pembangunan bank makanan didasari atas banyaknya kelompok keagamaan yang berniat untuk menjadi donatur di daerahnya.

Banyak perantau yang mudik ketika hari raya, juga ikut berpartisipasi membantu sesama sehingga banyak makanan melimpah ruah untuk dibagikan seperti beras, jagung, ketela.

Di masjid itu sendiri juga sudah disediakan Whatsapp khusus melalui nomor 0857-4221-2097 yang mempermudah pendonor mengirimkan sumbangan setiap minggu. Pihaknya juga membuka kotak untuk para pendonor mengirimkan uang yang akan digunakan untuk diolah menjadi makanan sehat bersama para kader.

"Dan untuk kegiatan di food bank yang terkumpul baik makanan atau uang, akan saya setorkan ke Dashat untuk diolah dan didistribusikan pada keluarga berisiko stunting," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement