Rabu 30 Jul 2025 12:58 WIB

Boikot Global Angkat Produk Halal Indonesia ke Panggung Dunia

Produk lokal Indonesia kian dilirik seiring meningkatnya kesadaran konsumen Muslim.

Pedagang melayani pembeli di Pasar Tanah Abang, Jakarta, Rabu (6/3/2024). Menjelang bulan suci Ramadhan 1445 Hijriah, pedagang busana muslim dan muslimah di Pasar Tanah Abang mengalami kenaikan omset hingga 50 persen. Para pengunjung mulai berburu busana muslim seperti gamis, baju koko, kopiah, sarung dan sejadah untuk menyambut bulan Ramdhan.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Pedagang melayani pembeli di Pasar Tanah Abang, Jakarta, Rabu (6/3/2024). Menjelang bulan suci Ramadhan 1445 Hijriah, pedagang busana muslim dan muslimah di Pasar Tanah Abang mengalami kenaikan omset hingga 50 persen. Para pengunjung mulai berburu busana muslim seperti gamis, baju koko, kopiah, sarung dan sejadah untuk menyambut bulan Ramdhan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Sejumlah produk halal Indonesia meraih lonjakan popularitas di pasar global, seiring gelombang boikot terhadap merek multinasional yang dinilai tidak sejalan dengan nilai etika umat Muslim. Laporan State of the Global Islamic Economy (SGIE) 2024/2025 menyebut fenomena ini telah membentuk ulang peta konsumsi dunia.

“Terjadi pergeseran yang signifikan dan terus meningkat dalam belanja konsumen Muslim menuju merek yang etis (merek yang dianggap sesuai dengan nilai-nilai Islam dan kemanusiaan) dan selaras dengan nilai-nilai,” tulis SGIE dalam laporan resminya dikutip Rabu (30/7/2025).

Baca Juga

Salah satu merek yang menonjol adalah Wardah, produsen kosmetik asal Indonesia, yang kini menjadi simbol produk halal dan etis yang diminati secara global. Selain itu, merek Mad for Makeup juga mendapatkan tempat karena pendekatan inklusif dan kesadaran sosialnya.

“Merek etis asal Indonesia seperti Wardah… meraih popularitas di kalangan konsumen Muslim yang mencari alternatif yang etis dan sesuai nilai,” lanjut laporan tersebut.

Di sektor busana Muslim, Zoya menjadi merek lokal yang muncul sebagai pesaing kuat di tengah penolakan terhadap merek internasional. "Merek busana asal Indonesia seperti Zoya muncul sebagai juara lokal di tengah gelombang boikot global,” tulis SGIE.

Di sektor makanan dan minuman, Almaz Fried Chicken mencatat ekspansi hingga 37 gerai di Indonesia. SGIE menegaskan, keberhasilan ini didorong oleh pilihan konsumen yang secara sadar beralih ke merek dalam negeri.

“Almaz Fried Chicken dari Indonesia memperluas usahanya menjadi 37 gerai… dan menyatakan keberhasilannya berasal dari konsumen yang secara aktif memilih alternatif lokal,” masih dalam laporan tersebut.

Tak hanya produk, inovasi digital halal Indonesia juga mendapat pengakuan dunia. SGIE menyebut Indonesia meluncurkan aplikasi layanan sertifikasi halal terpadu yang menjadi contoh transformasi digital dalam ekosistem konsumen Muslim.

“Indonesia meluncurkan aplikasi super untuk sertifikasi halal… menjadi contoh bagaimana alat digital membentuk ulang ekosistem konsumen Muslim,” tulis SGIE.

Dari sisi investasi, Indonesia menempati peringkat kedua dalam total investasi di sektor ekonomi halal, dengan 40 transaksi senilai 1,6 miliar dolar AS sepanjang 2023. Capaian ini melampaui Saudi dan Turki, menandakan posisi Indonesia sebagai pusat pertumbuhan ekonomi halal.

“Ketahanan kepemimpinan akan bergantung pada sinkronisasi standar halal, pendalaman pembiayaan syariah, dan penerapan teknologi digital,” tulis SGIE.

Indonesia juga tercatat dalam peringkat ketiga dunia dalam Global Islamic Economy Indicator (GIEI) 2024, menunjukkan keberhasilan dalam penguatan regulasi, investasi, dan inovasi digital untuk ekonomi halal yang inklusif dan berdaya saing.

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement