Selasa 24 Jun 2025 19:23 WIB

BSI Bukukan DPK Syariah Rp 13 Triliun, Gadai Emas Tembus 7,3 Ton

Dana tumbuh dua digit, tabungan haji dan emas jadi penggerak utama ekosistem syariah.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Gita Amanda
Dana pihak ketiga (DPK) dari Islamic Ecosystem PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) per Mei 2025 tercatat mencapai Rp 13 triliun. (ilustrasi)
Foto: dok BSI
Dana pihak ketiga (DPK) dari Islamic Ecosystem PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) per Mei 2025 tercatat mencapai Rp 13 triliun. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dana pihak ketiga (DPK) dari Islamic Ecosystem PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) per Mei 2025 tercatat mencapai Rp 13 triliun, tumbuh 12,81 persen secara tahunan. Pertumbuhan ini ditopang dua sektor utama, yakni sociopreneurship dan gaya hidup halal, di tengah kondisi likuiditas yang masih menantang.

Direktur Sales & Distribution BSI, Anton Sukarna, mengatakan penguatan ekosistem syariah menjadi strategi utama BSI untuk mendukung target Indonesia meraih peringkat pertama dalam Global Islamic Economy Indicator (GIEI).

Baca Juga

“BSI mencatatkan pertumbuhan DPK yang positif, meskipun kondisi likuiditas saat ini masih menantang,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Selasa (27/6/2025).

Kontribusi terbesar berasal dari sektor pendidikan Islam dan gaya hidup halal yang tumbuh 10,20 persen menjadi Rp 4 triliun. Sementara itu, dana dari sektor sociobisnis dan organisasi Islam melonjak 24,56 persen menjadi Rp 5 triliun, termasuk dari travel haji khusus serta layanan kesehatan Islam sebesar Rp 3,2 triliun. Adapun tabungan haji yang dikelola BSI saat ini memiliki outstanding sebesar Rp 14 triliun dari total 5,8 juta rekening.

Selain ekosistem syariah, bisnis emas juga menjadi pendorong pertumbuhan. Setelah resmi menjadi Bank Emas pada 26 Februari 2025, total emas kelolaan BSI per April mencapai 18,34 ton. Rinciannya, BSI Emas melalui BYOND sebanyak 0,83 ton, gadai emas 7,3 ton, dan cicil emas 10,2 ton. Volume transaksi menyentuh 5,95 ton, dengan pertumbuhan BYOND by BSI melampaui 100 persen secara bulanan.

Untuk mendukung akselerasi posisi Indonesia dalam State of the Global Islamic Economy (SGIE), Anton menekankan perlunya langkah strategis dan komprehensif. “Diperlukan dukungan pemerintah, kolaborasi sektor halal, optimalisasi layanan digital bank, serta akses permodalan yang mendukung pertumbuhan usaha,” kata dia.

BSI juga mencatatkan pembiayaan sektor halal sebesar Rp 24,015 miliar per Maret 2025 atau 8,36 persen dari total pembiayaan. Sektor prioritas mencakup makanan-minuman, fesyen, serta farmasi dan kosmetik. Di sektor UMKM, BSI telah menyalurkan pembiayaan senilai Rp 49,3 triliun kepada lebih dari 380 ribu pelaku usaha.

Untuk mendorong UMKM naik kelas, BSI mengoperasikan empat BSI UMKM Center di Aceh, Yogyakarta, Surabaya, dan Makassar. BSI juga menjalankan program inkubasi wirausaha seperti Talenta Wirausaha BSI dan BSI Aceh Muslimpreneur guna mencetak pelaku usaha muda yang kompeten.

Dalam rangka mengonsolidasikan rantai nilai halal nasional dan memperkuat ekonomi syariah global, BSI akan menggelar BSI International Expo 2025 pada 26–29 Juni di Jakarta International Convention Center (JICC). Acara ini menghadirkan seminar, business matching UMKM, hiburan, serta menjadi ajang temu bisnis lintas negara dengan peserta dari lebih 20 negara.

BSI International Expo juga menyoroti inklusi keuangan melalui layanan digital seperti BYOND by BSI, BEWIZE by BSI, BSI QRIS, Cash Management, dan saluran digital lainnya. Fokus acara juga memperkenalkan potensi ekosistem halal dari hulu ke hilir, termasuk layanan haji–umrah, bank emas, serta prinsip ESG (environmental, social, governance).

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement