REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Corporate Secretary PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) atau BRIS, Wisnu Sunandar, menilai penurunan saham BRIS merupakan hal yang wajar di tengah kondisi makroekonomi dan periode pembagian dividen saat ini.
Ia menegaskan, penurunan tidak hanya terjadi pada saham BRIS, melainkan juga pada saham emiten lainnya. "Kita lihat sebenarnya bukan cuma BSI, yang lain juga. Kinerja kan kita masih positif. Saya kira kondisi makro dan aksi profit taking itu juga dilakukan para investor. Jadi wajar, biasa, karena ini kan bulan-bulannya pembagian dividen," ujar Wisnu saat sesi doorstop di Kantor BSI Pusat, Jakarta, Rabu (4/6/2025).
Wisnu mengatakan, toleransi terhadap penurunan harga saham BRIS saat ini masih dalam batas wajar. Ia meyakini dalam waktu dekat harga saham BRIS akan kembali naik, seiring dengan kinerja perseroan yang positif pada kuartal I 2025.
Melihat pola pada awal 2025, Wisnu mengingatkan bahwa saham BRIS pernah menguat signifikan setelah menyentuh posisi terendah. Karena itu, koreksi saat ini bisa menjadi peluang akumulasi bagi investor. "Kalau teman-teman awal tahun beli, saya kira sekarang banyak yang lakukan profit taking," kata dia.
Wisnu mengingatkan, koreksi sering kali diikuti penguatan kembali (rebound), dan investor yang masuk di level bawah akan memperoleh keuntungan besar. Ia mencontohkan pergerakan saham BRIS pada awal tahun 2025, saat sempat menyentuh level 2.100 sebelum akhirnya rebound hingga menembus level psikologis 3.000.
Pada perdagangan Rabu (4/6/2025), saham BRIS tercatat turun hingga 230 poin atau 8,27 persen ke posisi 2.550. Wisnu kembali menegaskan bahwa kondisi ini bukan sinyal negatif, melainkan peluang beli bagi investor yang telah menunggu momentum.
"Yang namanya investasi itu, kalau naik tinggi dilaporkan profit taking, ketika turun, it's time to buy. Gitu aja," ujarnya.