REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA – TransTRACK, perusahaan teknologi yang berfokus pada digitalisasi operasional armada kendaraan melalui solusi fleet operation optimizer dan supply chain integrator, terus memperkuat langkah ekspansinya ke pasar halal regional.
Bersama Perbadanan Islam Johor (PIJ) Halal Ventures, TransTRACK menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) bertajuk “Kolaborasi Industri Halal Internasional – Johor dan Indonesia”dihadiri oleh perwakilan Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH), Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS), serta ESQ Halal Center.
Chief Operating Officer TransTRACK Hari Setiawan mengatakan ada banyak insight yang diperoleh dari FGD ini. Salah satu temuan penting dalam FGD ini adalah adanya kesepahaman antara Indonesia dan Malaysia (khususnya negara bagian Johor) bahwa produk bersertifikat halal tidak memerlukan sertifikasi ulang saat masuk ke negara mitra, melainkan cukup melalui proses registrasi.
“Ini menjadi angin segar bagi pelaku industri halal dan membuka peluang efisiensi dalam perdagangan lintas negara,” kata Hari Setiawan dalam keterangan tertulisnya, Rabu (28/5/2025)
Menurut Hari, kolaborasi seperti ini perlu terus didorong termasuk melalui inisiatif MoU dan pelatihan auditor halal yang ditawarkan oleh BPJPH. Kolaborasi dengan pelaku logistik halal di Indonesia juga akan mulai dilakukan. “Hal ini senada dengan kesediaan dari pengurus Asosiasi Halal Logistik Indonesia (AHLI) yang turut hadir dalam FGD tersebut, dalam membangun sinergi halal logistik antara Indonesia dan Johor, Malaysia,” ucapnya.
Co-founder dan CTO TransTRACK Aris Pujud Kurniawan menekankan pentingnya teknologi dalam pengembangan ekosistem halal. “Dari sisi teknologi, kami melihat masih ada ruang dalam pengawasan logistik halal secara real-time, meskipun armada dan gudang halal sudah tersedia. Belum ada sistem terintegrasi yang dapat memantau pergerakan barang halal dan menjamin produk terdistribusi dengan benar tanpa ada kontaminasi dari produk non-halal lainnya,” ucapnya.
Di sinilah TransTRACK hadir, kata Aris, sebagai integrator sistem yang mampu menjembatani kebutuhan industri dan regulator dalam membangun ekosistem logistik halal yang transparan, efisien, dan terpercaya.
Perbadanan Islam Johor Halal Ventures Wan Aminudin Aminin bin Wan Sulaiman, menyoroti pentingnya “Harapannya MoU antara Johor dan Indonesia dapat dilakukan dalam waktu dekat, karena hubungan Indonesia dan Malaysia yang sama-sama bisa memperjuangkan industri halal,” jelasnya.
Dengan begitu, barang dari Malaysia bisa dinikmati di Indonesia dan barang dari Indonesia bisa dinikmati di Malaysia. “Kami juga berharap ada warehouse atau pusat distribusi produk halal yang dapat menjadi penghubung antara Indonesia dan Malaysia,” katanya.
Rencana TransTRACK sejalan dengan Malaysia Halal Industri Master Plan 2030 yang mendorong kolaborasi lintas negara dan pengembangan platform logistik halal regional. Fokus di kawasan SEZ Johor, yang strategis di perbatasan Singapura dan didukung infrastruktur logistik maju, menjadi langkah penting menuju ekosistem halal Asia Tenggara yang lebih terintegrasi, terpercaya, dan terhubung dengan pasar global.
Melalui langkah ini, TransTRACK tidak hanya menunjukkan komitmen ekspansi regionalnya, tetapi juga mengokohkan peran sebagai mitra strategis dalam membangun infrastruktur logistik halal berstandar internasional yang dibutuhkan oleh industri makanan, farmasi, kosmetik, hingga perdagangan lintas negara.
FGD ini diharapkan dapat menjadi ajang strategis untuk membahas penyelarasan sertifikasi halal antarnegara, sinergi kebijakan perdagangan halal, serta peran teknologi dalam memperkuat kepercayaan dan keterlacakan dalam rantai pasok halal.
Langkah ini merupakan upaya strategis Pemerintah Negara Bagian Johor, melalui Perbadanan Islam Johor Halal Ventures Sdn. Bhd. (PHVSB), menginisiasi implementasi sistem pemantauan logistik halal di Malaysia.
Sebagai langkah strategis, PHVSB menjalin kemitraan dengan TransTRACK, yang ditandai dengan penandatanganan perjanjian kerja sama strategis (Head of Agreement) pada Agustus 2024 untuk mengembangkan Integrated Halal Logistics System (IHLS) dan Halal Logistics Platform (HLP).
Ekonomi halal global diproyeksikan mencapai 5 triliun dolar AS pada 2030, didorong oleh lonjakan permintaan, kesadaran terhadap standar halal, dan tren konsumsi etis. Ini menjadi peluang strategis bagi Indonesia dan Malaysia untuk memperkuat peran sebagai pemimpin dalam ekosistem halal dunia.