REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) meraih dua penghargaan bergengsi dalam ajang Anugerah Syariah Republika (ASR) 2025 yang digelar di Hotel Le Meridien, Jakarta, Senin (26/5/2025). Dua penghargaan tersebut adalah Sustainable Islamic Banking Excellence Award dan Sukuk Deal of The Year, sebagai bentuk apresiasi atas kiprah BSI dalam mendorong pertumbuhan keuangan syariah yang berkelanjutan dan inklusif.
“Terima kasih kepada Republika dan KNEKS. Penghargaan ini tentu menambah semangat kami untuk terus mengembangkan industri keuangan syariah Indonesia,” ujar Direktur Finance & Strategy BSI, Ade Cahyo Nugroho, usai menerima penghargaan.
BSI mencatatkan pertumbuhan laba sebesar 22,83 persen, disertai peningkatan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 11,46 persen dan penyaluran pembiayaan 15,88 persen. Ade menilai, di tengah ketidakpastian ekonomi global, industri keuangan syariah tetap mampu tumbuh positif, bahkan melampaui rata-rata industri perbankan nasional.
Ajang ASR 2025 merupakan bagian dari rangkaian Indonesia Sharia Forum (ISF) 2025 yang digelar Republika bekerja sama dengan Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS). Tahun ini, ISF mengusung tema Advancing a Sustainable and Inclusive Global Islamic Economy dan menghadirkan serangkaian agenda strategis, seperti Islamic Finance Dialogue serta penganugerahan 19 ASR Award dan 60 Anugerah Adinata Syariah.
Direktur Republika, Nur Hasan Murtiaji, dalam sambutannya menegaskan pentingnya kolaborasi lintas sektor untuk mendorong Indonesia menjadi pemimpin ekonomi dan keuangan syariah global. “Butuh dukungan dari semua sektor agar Indonesia menjadi pemimpin ekonomi dan keuangan syariah global,” ujarnya.
Senada, Direktur Eksekutif KNEKS, Sholahudin Al Aiyub, menekankan bahwa anugerah ini merupakan bagian dari penguatan sinergi antara pusat dan daerah untuk mewujudkan visi Indonesia sebagai pusat ekonomi syariah dunia.
Sebagai bentuk konkret komitmen keberlanjutan, BSI juga mengumumkan rencana penerbitan sustainability sukuk seri kedua senilai Rp 3 triliun hingga Rp 4 triliun pada akhir Juni 2025. “Tahun lalu BSI menerbitkan sustainability sukuk Rp 3 triliun. Insya Allah di akhir Juni kita terbitkan seri kedua,” kata Senior Vice President (SVP) ESG BSI, Rima Dwi Permatasari, dalam sesi Islamic Finance Dialogue di ISF 2025.
Rima menegaskan, penerbitan sukuk ini merupakan bagian dari strategi jangka panjang, bukan karena tekanan likuiditas. BSI telah memperoleh persetujuan untuk menerbitkan sukuk berkelanjutan hingga Rp 10 triliun selama tiga tahun. Fokus pembiayaannya akan diarahkan pada sektor sosial dan hijau, dengan komposisi 60 persen untuk UMKM dan 40 persen untuk sektor hijau.
“Minat investor tetap tinggi. Tahun ini proses book building sudah oversubscribe lebih dari tiga kali lipat,” ungkap Rima.
Lebih lanjut, BSI juga sedang mengembangkan produk tabungan zakat bagi masyarakat yang belum mencapai nisab, serta membangun kerangka kerja zakat bersama Baznas untuk mendukung pengurangan emisi karbon. Rima menilai, zakat dapat menjadi solusi pendanaan berkelanjutan yang unik dalam konteks keuangan syariah.
Tak hanya itu, BSI juga memperkuat peran dalam ekosistem halal nasional. Hingga Februari 2025, BSI telah memfasilitasi sertifikasi halal bagi 10 ribu UMKM. Saat ini, pembiayaan ekosistem halal mencapai Rp 25 triliun atau tumbuh 18 persen—melampaui rata-rata pertumbuhan pembiayaan BSI yang sebesar 16 persen.
“Visi kami adalah menjadi top 10 global Islamic bank. Karena itu, penerapan prinsip ESG di BSI tidak hanya mengadopsi standar nasional, tetapi juga mengarah pada standar internasional,” tegas Rima.
Melalui kolaborasi, inovasi, dan komitmen pada keberlanjutan, BSI terus memperkuat peran sebagai motor utama dalam transformasi keuangan syariah nasional menuju panggung global.