REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memperkuat peran perempuan dalam edukasi keuangan syariah melalui program Sahabat Ibu Cerdas Literasi Keuangan Syariah atau SICANTIKS. Program ini diluncurkan untuk meningkatkan literasi dan inklusi keuangan syariah di tengah masih rendahnya tingkat pemahaman dan penggunaan produk syariah di Indonesia.
Kepala Grup Literasi dan Inklusi Keuangan Syariah OJK M Ismail Riyadi menegaskan keuangan syariah seharusnya menjadi kekuatan ekonomi, bukan hanya potensi semata. "Keuangan syariah itu seharusnya tidak lagi hanya menjadi potensi, melainkan harus kita gunakan sebagai kekuatan ekonomi yang besar," kata Ismail dalam kegiatan SICANTIKS, dengan tema: “Peran Penting Financial Planner Perempuan dalam Peningkatan Literasi Keuangan Syariah di Era Digital” di Gedung OJK Jakarta, Senin (28/4/2025).
Menurut Ismail, hingga Februari 2025, aset industri keuangan syariah nasional tumbuh 10,35 persen menjadi Rp 2.895,3 triliun. Pertumbuhan ini terjadi di berbagai sektor, mulai dari perbankan, pasar modal, hingga industri asuransi dan dana pensiun syariah.
Meski demikian, tantangan utama masih berasal dari sisi permintaan. "Pada 2024, indeks literasi keuangan syariah baru mencapai 39,11 persen. Artinya, dari 100 orang, baru sekitar 40 orang yang tahu tentang keuangan syariah," ujarnya.
Sementara itu, tingkat inklusi keuangan syariah tercatat hanya 12,88 persen, jauh lebih rendah dibandingkan inklusi keuangan umum yang mencapai 75 persen. "Yang tahu banyak, tapi yang menggunakan? Hanya 12,88 persen," ucap Ismail.
Untuk mengatasi kesenjangan ini, OJK fokus pada pemberdayaan perempuan, mengingat peran mereka yang sangat strategis dalam keluarga dan komunitas. Data OJK menunjukkan, literasi keuangan ibu rumah tangga baru mencapai 40,19 persen, dengan tingkat inklusi 13,32 persen.
Ismail juga menyoroti dominasi perempuan dalam penggunaan layanan keuangan digital. "Data menunjukkan 50,3 persen peminjam di fintech adalah perempuan. Ini menjadi peluang, tetapi juga tantangan," katanya.
Selain mendorong literasi, OJK turut mengantisipasi risiko kejahatan finansial digital. Melalui Indonesia Anti-Scam Center (IASC), OJK menerima 98.713 laporan penipuan sepanjang Januari hingga April 2025. "Kerugian yang berhasil diselamatkan mencapai hampir Rp137 miliar," ujar Ismail.
Melalui program SICANTIKS, perempuan didorong untuk menjadi agen literasi keuangan syariah di komunitas maupun media sosial. Program ini menjadi bagian dari Gerakan Nasional Cerdas Keuangan (Gencarkan), yang menargetkan dua juta Duta Literasi Keuangan.
"Kami sudah menyiapkan modul-modul basic untuk para Duta agar bisa mengajarkan literasi keuangan kepada komunitasnya, termasuk informasi soal kejahatan finansial digital," tambah Ismail.
Tak hanya itu, OJK juga melibatkan mahasiswa dalam program KKN Tematik dan membentuk gerakan PEDULI (Penggerak Duta Literasi Keuangan) untuk memperluas jangkauan edukasi keuangan syariah.
Ismail juga mengutip pesan Raden Ajeng Kartini tentang pentingnya kemajuan perempuan, serta mengingatkan peran besar perempuan dalam ajaran Islam. "Mudah-mudahan dengan kegiatan ini, kita semua mendapatkan keberkahan. Bukan hanya sebagai profesi, tetapi juga sebagai amal jariyah dalam mencerdaskan keluarga Indonesia, khususnya dalam keuangan syariah," ujarnya.