Kamis 31 Oct 2024 15:56 WIB

Kapitalisme Vs Ekonomi Syariah dan Implikasinya pada ESG

Sistem ekonomi Islam berpedoman pada syariah dan fiqih.

Rep: Eva Rianti   / Red: Gita Amanda
Profesor & Sharjah Chair in Islamic Law & Finance, Durham University, Habib Ahmed (dua dari kiri), Profesor from International Islamic University Malaysia (IIUM) Moh. Aslam Haneff (dua dari kanan), dan Researcher from Institute of Developing Economics, JETRO, Japan Miki Hamada (paling kanan) saat mengisi materi dalam International Seminar on Islamic Economy and Finance ISEF Bank Indonesia di JCC Senayan, Jakarta, Kamis (31/10/2024).
Foto: Eva Rianti/Republika
Profesor & Sharjah Chair in Islamic Law & Finance, Durham University, Habib Ahmed (dua dari kiri), Profesor from International Islamic University Malaysia (IIUM) Moh. Aslam Haneff (dua dari kanan), dan Researcher from Institute of Developing Economics, JETRO, Japan Miki Hamada (paling kanan) saat mengisi materi dalam International Seminar on Islamic Economy and Finance ISEF Bank Indonesia di JCC Senayan, Jakarta, Kamis (31/10/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Profesor & Sharjah Chair in Islamic Law & Finance Durham University, United Kingdom menerangkan secara analitis mengenai sistem ekonomi syariah dan perbandingannya dengan keberjalanan sistem ekonomi kapitalisme dalam acara Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) 2024. Ia mengungkapkan berbagai keunggulan dari ekonomi syariah dan implikasinya pada tujuan pembangunan yang berkelanjutan. 

Habib melatarbelakangi penjelasannya dengan membicarakan tentang tujuan pembangunan berkelanjutan atau SDGs yang digagas sejumlah negara di dunia pada 2015. Termasuk Indonesia, dengan target capaian SDGs adalah pada 2030 mendatang. 

Baca Juga

Karakteristik dari tujuan pembangunan berkelanjutan, jika misalnya dibandingkan dengan tujuan pembangunan milenium, adalah bukan hanya tentang pertumbuhan dan pembangunan ekonomi, tetapi juga ada aspek manusia dan planet dalam pembangunan. 

“Sekarang dalam hal kinerja, laporan terbaru menunjukkan kinerja secara global belum begitu baik. Jika menyangkut Indonesia, kinerjanya sedikit lebih baik daripada kinerja global,” ujar Habib saat mengisi materi dalam International Seminar on Islamic Economy and Finance ISEF Bank Indonesia di JCC Senayan, Jakarta, Kamis (31/10/2024). 

Kendati demikian, Habib menyebut ada banyak sekali tantangan besar yang dihadapi. Di antaranya misalnya ketidaksetaraan sosial dan ekonomi. Ia menilai, untuk bisa menghadapi tantangan yang ada, semua stakeholder perlu memberi perhatian lebih pada sistem ekonomi. 

“Kita hanya memiliki waktu enam tahun lagi untuk mencapai tujuan SDGs, dan kita masih jauh tertinggal. Saya pikir salah satu hal terpenting adalah struktur ekonomi yang kita miliki,” ungkapnnya. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement