Rabu 29 Nov 2023 19:18 WIB

Bisnis BSI Tetap Tumbuh di Tengah Ketidakpastian Ekonomi

Laba bersih BSI tumbuh 31 persen secara tahunan di angka Rp 4,2 triliun.

Head  Investor Relations PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) Rizky Budinanda (kiri), Direktur Compliance & Human Capital Tribuana Tunggadewi dan Direktur Risk Management Grandhis H.Harumansyah (paling kanan) saat memaparkan kinerja BSI kuartal III/2023 dalam Public Expose 2023.
Foto: Dok. BSI
Head Investor Relations PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) Rizky Budinanda (kiri), Direktur Compliance & Human Capital Tribuana Tunggadewi dan Direktur Risk Management Grandhis H.Harumansyah (paling kanan) saat memaparkan kinerja BSI kuartal III/2023 dalam Public Expose 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) atau BRIS masih menjadi market leader dalam industri perbankan syariah di dalam negeri hingga kuartal III/2023. Bahkan BSI tetap mampu tumbuh di atas industri perbankan nasional di tengah kondisi ekonomi yang tidak menentu dan penuh tantangan. 

Direktur Risk Management BSI Grandhis Harumansyah memaparkan, laba bersih perseroan tumbuh 31 persen secara tahunan (year on year/yoy) mencapai angka Rp4,2 triliun per kuartal III/2023. Pertumbuhan ini ditopang oleh pertumbuhan aset dan pembiayaan yang juga meningkat sebanyak dobel digit secara tahunan. 

Baca Juga

Aset BSI tumbuh 14,23 persen secara (yoy) di angka Rp320 triliun, yang mana ini lebih tinggi dari aset perbankan nasional yang tumbuh 7,13 persen (yoy). Di sisi pembiayaan, BSI mengalami pertumbuhan sebesar 16 persen (yoy) menjadi Rp232 triliun, lebih tinggi dari pembiayaan perbankan nasional yang tumbuh 8,96 persen yoy. 

“BSI berkomitmen untuk tetap menjadi market leader perbankan syariah nasional dengan membukukan pertumbuhan laba yang positif untuk memberikan imbal hasil yang optimal bagi para pemegang saham dalam jangka panjang,” kata Grandhis, saat acara Public Expose (BRIS), Rabu (29/11/2023).

Salah satu komitmen tersebut akan dicapai dengan menjaga penyaluran pembiayaan yang berkualitas. Sebagai informasi, non-performing financing (NPF) BSI sudah berada di angka 2,21 persen, lebih rendah dibandingkan perbankan nasional dan angka ini terus membaik sejak awal merger.

Pembiayaan didominasi oleh segmen konsumer, gadai dan card sebesar Rp125,34 triliun, korporasi sebesar Rp54,39 triliun, mikro sebesar Rp21,45 triliun, SME Rp18,62 triliun dan komersial Rp11,86 triliun. Dari sisi rasio keuangan, ROA (Return of Asset) juga mengalami peningkatan menjadi 2,34 persen. Efisiensi juga terus mengalami perkembangan yang baik, di mana BOPO mampu turun dari level 74,02 persen menjadi 71,43 persen year on year. 

BSI juga terus mendukung pertumbuhan UMKM di Indonesia lewat UMKM Center yang tersebar di sejumlah kota, yaitu Banda Aceh, Yogyakarta, dan Surabaya, dengan total binaan sebanyak 2.526 UMKM. Selain itu, BSI juga mendukung penuh pengurangan emisi karbon untuk menciptakan Indonesia bebas emisi karbon atau nol zero emission (NZE) di tahun 2060. BSI sudah menyalurkan pembiayaan berkelanjutan mencapai Rp53,6 triliun atau 23,10 persen dari total pembiayaan perseroan.

Pembiayaan berkelanjutan BSI berfokus pada lima sektor utama yaitu UMKM, produk ramah lingkungan, pertanian dan perkebunan ramah lingkungan, energi bersih dan terbarukan, dan produk hijau lainnya seperti pembangunan gedung ramah lingkungan, industri pengelolaan air, transportasi ramah lingkungan dan pengelolaan limbah.

Saat ini portofolio pembiayaan berkelanjutan di BSI terbesar untuk UMKM sebesar Rp43,4 triliun, lalu ada produk ramah lingkungan sebesar Rp4,9 triliun, pertanian dan perkebunan ramah lingkungan Rp10,9 triliun, energi bersih dan terbarukan Rp1,4 triliun dan Rp600 miliar yang terdiri dari pembangunan gedung ramah lingkungan, industri pengelolaan air, transportasi ramah lingkungan dan pengelolaan limbah lingkungan.

“Selain di dalam negeri, BSI juga sudah go global dengan memiliki cabang penuh di Dubai. Dengan adanya cabang penuh ini, BSI bisa menjalankan serangkaian layanan, di antaranya transaksi ekspor dan impor, sindikasi, desk capital market, hingga agen untuk sukuk,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement