Selasa 03 Oct 2023 06:30 WIB

Tiga Penguatan untuk Meningkatkan Pangsa Keuangan Syariah

BI mendorong hadirnya kebijakan pembiayaan syariah yang menyentuh sektor riil.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Fuji Pratiwi
Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Juda Agung.
Foto: ANTARA/Muhammad Adimaja
Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Juda Agung.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Deputi Gubernur Bank Indonesia Juda Agung menekankan peran pembiayaan syariah saat ini semakin penting. Khususnya untuk mendukung pertumbuhan dan stabilitas ekonomi di tengah ketidakpastian global yang meningkat.

"Terdapat tiga fokus penguatan yang perlu dikembangkan guna meningkatkan pangsa keuangan syariah," kata Juda saat membuka acara Bulan Pembiayaan Syariah 2023 di Jakarta, Senin (2/10/2023). 

Baca Juga

Pengutan pertama yaitu inovasi khususnya yang menyangkut inovasi kebijakan, maupun instrumen pendanaan, dan pembiayaan syariah. Juda menuturkan, dari sisi kebijakan yang menyentuh real sector based financing, BI mendorong inovasi kebijakan Rasio Pembiayaan Inklusif Makroprudensial (RPIM) dan Kebijakan Likuiditas Makroprudensial (KLM), baik untuk perbankan konvensional maupun syariah. 

Lalu penguatan kedua yaitu digitalisasi. Juda memastikan saat ini BI bersama Kemenag, KNEKS, BAZNAS, dan BWI menginisiasi platform digital pengelolaan ZISWAF yang terintegrasi. Hal ini diharapkan meningkatkan kualitas layanan dan aksesibilitas untuk masyarakat, mampu meningkatkan pengumpulan ZISWAF, dan pada akhirnya mendorong kesejahteraan. 

Selanjutnya, penguatan ketiga yaitu sinergi pengembangan ekonomi syariah. "Hal ini dilakukan bersama otoritas, KNEKS, dan lintas stakeholder diantaranya melalui program Komite Daerah Ekonomi dan Keuangan Syariah (KDEKS)," kata Juda. 

Sementara itu, Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi dan Pelindungan Konsumen Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Friderica Widyasari Dewi menyampaikan, Indonesia memiliki potensi sangat besar dalam pengembangan keuangan syariah. Friderica menilai, momentum penguatan literasi dan inklusi keuangan syariah harus menjadi agenda bersama seluruh pihak dengan mengedepankan prinsip kolaborasi.

"Hal ini merupakan kunci pengembangan ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia dan juga di kancah global," ucap Friderica. 

Friderica menjelaskan, perbankan syariah mengalami pertumbuhan yang konsisten sehingga tren market share terhadap total industri perbankan nasional terus meningkat diatas kisaran tujuh persen. Namun demikian, minat nasabah terhadap pembiayaan produktif perbankan syariah termasuk literasi digital masih perlu ditingkatkan untuk mewujudkan transformasi digital inklusi keuangan syariah. 

"Beberapa program strategis yang dilakukan OJK diantaranya penguatan infrastruktur literasi dan inklusi keuangan syariah, akselerasi dan kolaborasi program edukasi keuangan syariah, aliansi strategis literasi keuangan syariah dengan kementerian dan lembaga, sertaaliansi strategis literasi keuangan syariah," ungkap Friderica.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement