REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Corporate Secretary PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI), Gunawan A Hartoyo, mengungkapkan perseroan masih terus mengkaji dan belum mengambil keputusan apapun terkait rencana aksi korporasi yang melibatkan Unit Usaha Syariah (UUS) BTN.
“Sehubungan dengan pemberitaan di media tentang aksi korporasi yang akan dilakukan terhadap UUS BTN yang melibatkan BSI, kami sampaikan bahwa hingga saat ini kami belum membuat keputusan apapun terkait hal tersebut,” kata Gunawan, Rabu (9/8/2023).
Sebagai perusahaan terbuka, BSI senantiasa tunduk pada ketentuan Pasar Modal, dimana informasi material baru akan dipublikasikan jika telah ada kepastian, dalam rangka mendukung prinsip keterbukaan informasi bagi pemegang saham. Menurut Gunawan, saat ini BSI sedang fokus untuk memperkuat bisnis secara organik guna mendukung visi menjadikan BSI sebagai salah satu top ten global Islamic Bank.
Seperti diketahui, pada triwulan I tahun 2023, BSI berhasil mencatatkan pertumbuhan laba bersih hingga 47,6 persen (yoy) menjadi Rp1,46 triliun. Capaian laba bersih tersebut berasal dari pendapatan jual beli Rp 2,98 triliun, pendapatan dari bagi hasil Rp 1,39 triliun, pendapatan dari ijarah-bersih Rp 56,18 miliar, dan pendapatan usaha utama lainnya Rp 964,73 miliar.
Sebelumnya, Direktur Utama BTN, Nixon LP Napitupulu mengatakan pihaknya sedang dalam penjajakan untuk mengakuisisi salah satu bank syariah sebelum akhir tahun ini. Langkah ini merupakan strategi pemisahan atau spin-off Unit Usaha Syariah (UUS) milik perbankan.
"Nggak boleh nyebut dulu, bukan BSI (Bank Syariah Indonesia). Kami spin-off dulu, ada PT Bank, karena kami nggak mungkin ngejar buat PT baru, jadi kami akuisisi salah satu bank dan itu syariah," ujar Nixon seusai Akad KPR Massal di Tangerang, Banten, Selasa (8/8/2023).
Nixon menyampaikan, rencana tersebut masih dalam proses kesepakatan kontrak jual beli. "Kami harap bisa ada kontrak kesepakatan jual belinya dengan salah satu bank yang kami sedang dekati sebelum akhir tahun. Ini sedang nego harga dengan mereka," kata Nixon.
Setelah akuisisi selesai, PT Bank Syariah Indonesia Tbk akan masuk sebagai salah satu pemegang saham. Menurut Nixon, skema spin-off memang harus dilakukan lebih terlebih dahulu sebelum bergabung dengan BSI. Ini karena ada risiko yang cukup besar dalam pengalihan aset.
"Karena tidak mungkin pengalihan aset kami lakukan hari ini. Ada risiko yang cukup besar kalau polanya pengalihan aset, sehingga kami sepakati dengan BUMN, polanya adalah spin-off dulu nanti ekuitasnya dikerjasamakan dengan BSI," kata Nixon.