Rabu 11 Sep 2024 11:49 WIB

Empat Catatan Agar Perbankan Syariah Melesat Pesat

Bank syariah juga harus diisi oleh sumber daya manusia (SDM) yang profesional.

Rep: Dian Fath Risalah  / Red: Lida Puspaningtyas
Pengunjung melakukan pembayaran di salah satu merchant food & beverages BSI di Jakarta, Senin (10/6/2024). PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) secara konsisten mendorong pertumbuhan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), salah satunya dari aspek digital. Kali ini, BSI menggandeng Qasir.id, platform startup yang fokus bergerak dari sisi pembayaran transaksi bagi UMKM. Kerjasama ini nantinya mensinergikan 24 ribu UMKM yang sudah bekerjasama dengan Qasir.id agar dapat dioptimalisasi memperoleh akses permodalan dari BSI.
Foto: Dok Republika
Pengunjung melakukan pembayaran di salah satu merchant food & beverages BSI di Jakarta, Senin (10/6/2024). PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) secara konsisten mendorong pertumbuhan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), salah satunya dari aspek digital. Kali ini, BSI menggandeng Qasir.id, platform startup yang fokus bergerak dari sisi pembayaran transaksi bagi UMKM. Kerjasama ini nantinya mensinergikan 24 ribu UMKM yang sudah bekerjasama dengan Qasir.id agar dapat dioptimalisasi memperoleh akses permodalan dari BSI.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Perkembangan bank syariah di Indonesia dewasa ini kian pesat. Mengingat, Indonesia termasuk negara muslim terbesar di dunia sehingga memiliki peranan besar dalam membangun ekonomi syariah.

Komisaris Bank Syariah Indonesia (BSI) Komaruddin Hidayat mengatakan, bank syariah dapat melesat dengan pesat. Namun, ada empat catatan yang harus dipenuhi terlebih dahulu.

Baca Juga

“Bank syariah harus bisa memberikan kenyamanan, aman, cepat dan kompetitif harganya. Kalau itu bisa dijaga, maka bank syariah itu akan melesat. Terlebih, Indonesia itu ada hubungan emosional dengan agama (Islam). Tapi kalau hanya mengandalkan ikatan emosional tanpa yang empat tadi, ya sulit berkembang,” ujarnya di sela-sela Islamic Leaders Conference di Menara Syariah Twin Tower, Rabu (11/9/2024).

Selain itu, bank syariah juga harus diisi oleh sumber daya manusia (SDM) yang profesional sama dengan yang dimiliki oleh bank konvensional saat ini. Komaruddin juga kembali menekankan dalam mengembangkan perbankan syariah jangan hanya mengandalkan persatuan umat Islam secara emosional.

“Umat islam itu harus menyadari bahwa peradaban Islam itu tidak mungkin tanpa dibackup oleh kemajuan ekonomi. Dakwah-dakwah diperlukan, tapi tanpa dibarengi sains dan ekonomi, ya bagaimana mau memajukan umat. Perbanyak entrepreneur dan membangun ekosistem sehingga mendorong entrepreneurship” tuturnya.

Perbankan syariah mengalami pertumbuhan aset yang cukup baik dengan adanya peningkatan setiap tahun. Namun, pangsa pasar perbankan syariah masih terbilang cukup kecil.

Berdasarkan hasil survei OJK dan BPS indeks literasi keuangan syariah tercatat lebih rendah, yakni 39,11 persen serta indeks inklusi keuangan syariah 12,88 persen sepanjang 2023. Dapat diartikan bahwa sebagian besar penduduk Indonesia masih cenderung memilih layanan keuangan konvensional daripada memanfaatkan layanan keuangan syariah.

Rendahnya pangsa pasar perbankan syariah disebabkan oleh minimnya keterlibatan masyarakat Indonesia, terutama Muslim dalam menggunakan produk dan layanan perbankan syariah. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor rendahnya literasi keuangan syariah yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia.

Indonesia merupakan negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia sebagaimana dalam laporan The Royal Islamic Strategic Student Center (RISSC) tahun 2023 yang menyatakan bahwa 237,55 juta jiwa penduduk Indonesia beragama Islam atau sekitar 86,7 persen dari seluruh penduduk Indonesia. Jumlah tersebut seharusnya mencerminkan banyak masyarakat yang menggunakan perbankan syariah dan memahami keuangan syariah. Oleh karenanya, fenomena minimnya masyarakat Muslim menggunakan layanan perbankan syariah menjadi tantangan bagi semua pihak yang telibat.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement